Mohon tunggu...
Tjatur Piet
Tjatur Piet Mohon Tunggu... Swasta -

Saya biker...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Itu Bukan Pemimpin DKI Jakarta?

22 Maret 2016   10:55 Diperbarui: 22 Maret 2016   11:27 2587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ahok, Gubernur DKI Jakarta Jakarta Jakarta/www.letterview .com dan www.indowarta.com"][/caption]

Ketika pilpres diputuskan dengan cara pemilu langsung yaitu dan  akhirnya SBY terpilih menjadi presiden pertama Indonesia hasil pemilihan langsung, politik indonesia menjadi lebih bergairah, sering dibicarakan dan sering menjadi ajang diskusi, rakyat mulai menunjukkan keberpihakan kepada salah satu calon dengan terang-terangan hal itu terus berlanjut secara terbuka melalui media sosial, kebebasan berbicara yang dulu dimunculkan ketika Gus Dur menjadi Presiden, benar benar dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

Sudah menjadi takdir Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Etalasenya Indonesia ketika Jokowi yang sebelumnya menjadi Gubernur DKI Jakarta terpilih menjadi Presiden.  Dalam menjalankan pemerintahannya ternyata Ahok membawa gaya yang berbeda dan membuat banyak orang tercengang karena bertolak belakang dengan gaya Jokowi yang lembut dan tenang, tindakan Ahok yang sering melawan arus, berani menantang siapa saja membuat banyak pihak terutama para elite parpol gerah dan sering tersinggung termasuk juga ormas-ormas ataupun pihak-pihak lain yang berujung kepada sering mempermasalahkan Ras dan Agama. Tidak sedikit yang menolak Jakarta DIPIMPIN oleh seorang turunan china dan kafir !!. Namun Ahok tidak bergeming, dia tetap menjalankan tugas pekerjaannya dengan gayanya, tanpa rasa takut. Saya tidak perlu menjelaskan detil karena hal yang mudah mencari berita tentang Ahok di internet, bahkan Ahok sendiri yang menunjukkan gayanya melalui Youtube, dia mau semuanya terbuka atau transparan biar semua orang tahu biar semua orang menilai.

Akhirnya karena tahun depan akan diadakan Pilkada DKI Jakarta mulai awal tahun 2016 ini sudah mulai bermunculan orang-orang yang ingin mengganti Ahok namun survei kepuasan publik terhadap kepemimpinan Ahok ternyata malah tinggi termasuk dukungan dari masyarakat melalui Teman Ahok yang mengkoordinor pengumpulan KTP dukungan supaya Ahok bisa maju lagi lewat jalur independen.

Dari sejak dulu kita memakai kata "Pemimpin" dalam lingkungan Birokrat termasuk tulisan saya di atas, seolah pemimpin di lingkungan birokrat sebagai seseorang yang seperti Raja atau Seseorang yang kedudukannya sangat tinggi dan  harus dilayani, apakah memang begitu ??. Sebenarnya hal itu tidak tepat oleh karena itu harusnya dirubah paradigmanya, harus segera di kikis sehingga rakyat tahu siapa "Pemimpin Birokrat" itu.

Sesuai judul di atas, Ahok dan semua para kepala daerah mulai dari tingkat RT, RW, Lurah/Kepala Desa, Camat, Bupati/Walikota, Gubernur dan bahkan Presiden, mereka BUKAN PEMIMPIN !! dalam arti sesungguhnya, mereka semua adalah PELAYAN, pelayan rakyat, dan kata pemimpin disitu tepatnya adalah Pemimpin para pelayan alias pemimpin jajaran di bawahnya, para Walikota, Kepala Biro, Kepala Dinas dan semua PNS di Jajaran Pemda, Jadi Ahok adalah pemimpin birokrasi pemerintah DKI Jakarta, dan tugasnya melayani masyarakat kita DKI Jakarta khususnya dan karena ini ibu kota maka juga masyarakat Indonesia pada umumnya, tugasnya melaksanakan undang-undang yang berlaku. Ahok harus mengatasi macet, banjir, keamanan, kelancaran, membuat Jakarta Indah, Bersih dan segalanya pelayanan.  Tapi kok pelayan marah-marah ? Kita harus melihat secara bijak, secara adil marahnya karena apa dan kepada siapa ? Di rumah pembantu saya diperbolehkan memarahi anak saya yang sudah keterlaluan misalnya kalau sandalnya kotor jangan dipakai di dalam rumah pernah ditegur tapi malah marah. Kami (Saya dan Isteri) sebagai orangtuanya sepakat akan membela pembantu untuk hal ini.

Kalau kemudian sekarang banyak seminar atau talk show atau acara sejenisnya yang memakai thema atau judul seperti "Siapa Yang Akan Menjadi Pemimpin Jakarta ?" sebaiknya mengganti kata "Pemimpin" dengan "Pelayan" atau "Pemimpin para Pelayan" memang jadi aneh tetapi menurut saya lebih tepat dan akan semakin asyik.
Sekarang ke para penantang Ahok yaitu Yusril, Ahok, Roy Suryo, Ahmad Dhani, Sandiaga Uno, Wanita Emas dan lain lain apakah mereka sadar bahwa nantinya mereka itu adalah seorang Pimpinan/Kepala Pelayan ? Saya tidak tahu...

Yang terakhir ini bukan bermaksud sara, Saya seorang muslim bukan ber KTP Jakarta tetapi pendapat saya,  Orang-orang yang beragama Islam yang tinggal di Jakarta dan berKTP Jakarta, Ahok bukan Imam tetapi Ahok adalah Pimpinannya/Kepalanya para Pelayan yang berkewajiban untuk melayani semua masyarakat Jakarta yang beragama apapun sehingga (salah satunya) kegiatan menjalankan ibadah anda teratur dan tertib dan tidak mengganggu kegiatan masyarakat lainnya.

Itu pendapat yang ada dalam fikiran saya....

Salam sukses...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun