Artikel ini saya tulis karena tergelitik oleh tweet seorang mantan Pejabat Tinggi Negara, tweet awalnya sudah jelas tetapi kemudian ada beberapa tweet yang semakin menegaskan rasa keheranannya sesuai dengan judul di atas.
Saya bukan seorang Pejabat Tinggi, anaknya Pejabat Tinggi, saudaranya, staffnya, tetangganya, sahabatnya, bukan seseorang yang ingin jadi Pejabat Tinggi atau pernah bermimpi jadi Pejabat Tinggi, apalagi ya... ? Ah, pokoknya jauh tak terbatas jangankan jadi Pejabat Tinggi, jadi Ketua RT saja bukan, tetapi tentu saja walaupun saya rakyat biasa, saya Alhamdulillah bersyukur bahwa pandangan saya dibanding keheranan Bapak Mantan Pejabat Tinggi tersebut lebih sangat baik dengan embel-embel "sakarepku tho" alias "Terserah Gue".
Dari judul di atas, beliau men- tweet, lho kenapa bukan Piala Suratin, seseorang yang berjasa terhadap persepakbolaan Indonesia ?? (Dick) Sudirman kan orang yang berjasa dalam bulutangkis ?? Itu ke satu, selanjutnya ketika disebutkan nama Jendral Sudirman, beliau bilang apa hubungannya Tentara dengan sepak ?? Ya, Allah.... itukah yang merupakan keheranannya Bapak Mantan Pejabat Tinggi ?? Kalau saya berfikir sangat sederhana saja memaklumi, dan paham benar mengapa Bapak Presiden Jokowi mengadakan Piala Sudirman 2015 yang di mulai tanggal 10 November 2015 ? Berdasarkan Keputusan Pemerintah yang pada saat itu dijabat oleh Presiden Soekarno, pada 31 Oktober 1946 melalui Surat Penetapan bernomor 9/OEM/1946 di tetapkan bahwa tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Berdasarkan sejarah memang kita kalah karena perbandingan persenjataan, tetapi bagaimana heroiknya para pejuang arek-arek Suroboyo dan sekitarnya dengan gigih melawan tentara sekutu. Mereka sangat yakin kota Surabaya bisa diduduki hanya dalam waktu 3 hari, nyatanya kota Surabaya baru bisa diduduki setelah terjadi pertempuran sampai 100 hari bahkan dua orang Jenderal Tentara Sekutu yaitu Brigjen Mallaby dan Brigjen Robert Loder Symonds tewas..!! Padahal selama perang dunia ke II di negara-negara lainnya tidak ada seorang Jendral pun yang tewas dalam pertempuran.
Saya memahami gejala Post Power Syndrome sering kali muncul dari sikap seseorang yang pernah berada di posisi yang berkuasa, lebih paham, lebih ahli atau bahkan lebih pintar, tetapi dunia sudah berubah, cara kita dulu tidak bisa diterapkan di jalan sekarang, kalau dulu "apa kata beliau" sangat ampuh, sekarang jangankan mantan, baru masih kandidat, baru menjabat dan sekelas Presiden saja, orang sudah berani menghina atau mencemoohkan kebijakan yang di keluarkan.
Jadi, kalau kata Pak Gubernur Jateng, Bapak Ginanjar, daripada "ngece"/ menghina lebih baik libatkan diri, sehingga permasalahan bangsa cepat selesai, kalau kata Kang Emil, Walikota Bandung mah "Kalau tidak bisa ngasih solusi, jangan jadi problem". Terus bagaimana dengan Piala Sudirman 2015 ?? Kalau Anda nggak setuju, ya jangan ikut nonton tapi jangan sampai ngajak-ngajak orang yang ingin nonton supaya tidak ikut nonton, apalagi sampai melarang orang lain supaya tidak nonton.
Bapak Presiden Jokowi, pasti mengharapkan dengan diadakannya Piala Sudirman 2015, gairah sepakbola kita bangkit, bersatu dalam olahraga, mendapat hiburan yang positif, tidak ribut ikut mikir negara, ikut sok tahu dan sok pinter ngatur negara dan selanjutnya karena ini memperingati Hari Pahlawan diharapkan semua kembali tergugah, tergerak hati dan semangat menggelora ikut berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara, seperti para pejuang yang dengan senjata seadanya tanpa diminta, merebut dan mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia walaupun nyawa taruhannya....
Semoga Allah mengabulkan niat baik kita, menjadikan Indonesia Jaya.... Aamin...
Hidup persepakbolaan Indonesia.... !!
Hidup Persib.... !!
(Da saya mah apa atuh....)
Selesai...