Mohon tunggu...
Tjap Djie Kien
Tjap Djie Kien Mohon Tunggu... -

Tjap Djie Kien

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Olah Rasa dan Puasa

2 Agustus 2012   08:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13438971191593617716

"olah rasa"

dalam tradisi para pendekar, untuk sampai pada tingkat "kedigdayaan" yg tinggi, haruz bersemedi, laku nyepi meng-olah rasa-kan diri?

& bukannya terus-terusan terpatri pada kepandaian-kepandaian "kanuragan" yg serba fisik jasadi belaka? begitupun romadhon ini, dalam kebiasaan "menahan", seorang mukmin haruzlah juga meng-olah rasa-kan diri untuk sampai pada taraf ketaqwaan yg tinggi, yg digdaya. bukan hanya pandai soal "kanuragan", raga, jasad, fisik, tapi juga mumpuni dalam rasa, ruh, jiwa & kepribadian. & bukankah tingginya kualitas pribadi seseorang hanya bisa diukur dari seberapa mampu menumbuhkan kebaikan-kebaikan di sekelilingnya? seberapa sanggup kemampuannya menjadi rahmat bagi alam semesta? Lalu.. . jika awalnya romadhon penuh dengan rahmat, sudah bisakah kita merahmati semua? jika pertengahannya adalah kucuran maghfiroh-NYA, seberapa berlapang dadakah kita untuk saling memaafkan & meminta maaf? jika di akhirnya adalah proses "'itqun minan naar" (penyelamatan dari api neraka), mampukah kita bertindak menyelamatkan semesta dari kehancuran, menyelamatkan sesama dari siksaan-siksaan duniawinya? ah.. .!? ato akankah kita membiarkan romadhon berlalu begitu saja tanpa ada peningkatan kualitas diri? ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun