di depan plaza, perempuan itu termangu, menghitung curah panas matahari. matanya menyimpan entah kenangan atau penantian.
kendaraan lalu lalang tak peduli, orang-orang sepoyongan hilir mudik, menenteng kecemasan atas kantong-kantong belanja
di sudut lain, kafe-kafe menawarkan dingin yang palsu.sedang gerah tak mau enyah menjulur-julurkan dahaga.
entah dahaga yang mana.birahi belanja atau hasrat meronta melihar kerling-kerling palsu di balik bibir-bibir berpupur atau pada jas dan hem lengan panjang yang selalu hanya siasat.
perempuan itu masih di depan plaza
entah menghitung kenangan atau mengabdi pada penantian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H