lelaki itu, mencakung sendiri di sebuah kafe tanpa arloji, namun ia merasa waktu bergangsing melebihi komet atau lintang kemukus.
lelaki itu tak menghisap rokok namun tiada henti menghirup aroma kopi, dengan lambat dan begitu khusyuk.
gumamnya,"beginilah dahulu firdaus dicipta dengan perlahan, khidmat dan khusyuk!"
lelaki itu, memandangi waktu yang bergangsing lalu lalang, berkelebat tak jelas mana masa silam dan mana masa depan, mana yang suwung mana yang hiruk pikuk
dan di jalanan, orang-orang kesurupan tiada jeda, menari dan terisak-isak di sela-sela hingar bingar lagu dangdut dan bisik-bisik cemas pandemi seperti kuntilanak yang usil.
"aku tak mau kesurupan!" bisik lelaki itu di celah aroma kopi. namun waktu menendangnya tepat di dada kiri di saku bajunya yang selalu melompong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H