Sejarah tak sekedar merekam sebuah peristiwa namun juga menginterpretasi peristiwa. Saat menginterpretasikan peristiwa maka secara otomatis akan merepresentasikan nilai.
Muatan sejarah adalah peristiwa dan nilai. Sejarah sebagai peristiwa dan nilai tak sekedar cukup diwariskan namun harus ada proses dialektika peristipanglingwa dan nilai yang terus-menerus. Dengan kata lain, sejarah adalah rekonstrksi nilai yang terus-menerus.
Sejarah Indonesia bisa dilihat dalam dua kategori besar. Sejarah nasional Indonesia dalam narasi besar dan sejarah Indonesia dalam narasi kecil; yang oleh Mudji Sutrisno diistilahkan sebagai sejarah "besar" yang ditulis oleh kaum literasi dan kaum intelektual dan sejarah "kecil" yaitu lokalitas dari setiap etnik yang ada di Indonesia.Â
Dalam pengertian yang lebih umum sejarah narasi kecil sering disebut sejarah lokal yang diartikan sebagai sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di tingkat lokal bersifat geografis dan berlandaskan pada unit kecil seperti daerah, kampung, komunitas atau kelompok masyarakat tertentu.
Sejak diberlakukan UU no.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, sejatinya telah membuka peluang besar untuk menampilkan karakteristik, potensi dan spektrum masing-masing wilayah dengan sangat beragam.Â
Sehingga seharusnya tidak perlu lagi ada kecemasan akan kepikunan ( pangling: discontinuity) terhadap identitas sosial, budaya, nilai dan kearifan lokal. Sejarah lokal semestinya bisa berfungsi sebagai pengikat simbol dan sistem lokal yang ada di berbagai wilayah Indonesia.
Peristiwa sejarah memiliki dua spektrum utama, yaitu temporal (waktu) dan spasial (waktu). Unsur ruang secara khusus memberikan ciri fisik dan kesejarahan yang menonjol.Â
Sejarah juga menunjukkan proses aktivitas dan kreativitas manusia sepanjang waktu yang bisa dilacak melalui peninggalan-peninggalan, baik yang berbentuk fenomena kultural maupun fenomena sejarah. Sejarah lokal juga merupakan suatu kompleksitas yang mencakup pengalaman kolektif manusia dalam suatu wilayah yang memiliki sifat multidimensi sehingga bisa disusun sebagai sebuah sistem (Kasdi, 2014).Â
Hak ini berarti menunjukkan bahwa sejarah lokal merupakan sebuah unit sejarah yang menampung kekuatan endogen (faktor-faktor domestik).
Keberadaan sejarah Indonesia tak bisa dilepaskan dari sejarah lokalitas. Ibarat puzzel, sejarah lokal merupakan kepingan-kepingan yang disusun sebagai bentuk dan wajah yang utuh.Â
Memang tak bisa dipungkiri bahwa sejarah lokal dipenuhi dengan berbagai riwayat, kisah, mitos, folklore, di samping rekaman tertulis seperti inskripsi, prasasti atau dokumen tertulis lainnya,