Marhaenisme merupakan ideologi perjuangan yang bersifat revolusioner dan beranggotakan kaum Marhaen, yang digagas oleh Soekarno pada masa pergerakan nasional dimana pada saat itu Indonesia berada dalam kondisi memprihatinkan. Awal mula perkembangan Marhaenisme adalah berasal dari partai besar PNI (Partai Nasional Indonesia). Pada masa pergerakan nasional, sistem perekonomian rakyat mayoritas dikuasai oleh priyayi dan kapitalis Barat. Fenomena tersebut menempatkan rakyat pribumi biasa hanya sebagai pekerja dengan upah yang rendah.Â
Marhaen sendiri dapat diartikan sebagai kelompok yang hidupnya dalam kondisi melarat atau termarjinalkan seperti buruh, petani, dan orang-orang yang tidak memiliki modal atau kekuasaan. Istilah Marhaen berasal dari nama seorang petani yang berasal dari Jawa Barat dan pernah ditemui oleh Soekarno. Petani tersebut bernama Marhaen dan memiliki sebidang tanah yang kecil. Ia memiliki alat-alat sederhana untuk menggarap sawahnya dan bertahan hidup, namun, meskipun begitu Marhaen belum mampu hidup sejahtera karena sistem perekonomian negara yang masih timpang.Â
Tujuan Marhaenisme adalah untuk membebaskan kaum tertindas dari segala bentuk penjajahan bangsa asing yang dominan menguasai modal dan alat produksi. Marhaenisme juga disebut sebagai pemikiran Sosio-Demokrasi dan  Sosio-Nasionalisme yang menimbulkan perjuangan kaum tertindas baik oleh sistem feodalisme, kapitalisme, kolonialisme, dan imperialisme.Â
Sosio-Nasionalisme merupakan bentuk nasionalisme dalam aspek ekonomi, politik, dan masyarakat dengan tujuan tercapainya keadilan, keselamatan, serta kesejahteraan masyarakat. Dalam pandangan Soekarno, konsep Nasionalisme di dunia Timur berkolaborasi dengan konsep Marxisme, dimana paham tersebut tumbuh dan melekat dalam pandangan kaum Marhaen untuk memberantas berbagai permasalahan dalam negara seperti kemiskinan, kebodohan, korupsi, dan permasalahan penting lainnya.Â
Sedangkan Sosio-Demokrasi merupakan sebuah sistem yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan menyelamatkan rakyat dari kemelaratan, sehingga bukan hanya berfokus pada politik saja. Dalam realisasinya, Marhaenisme dipengaruhi oleh berbagai ideologi radikal seperti halnya Marxisme, namun terdapat perbedaan antara Marhaenisme dan Marxisme yaitu Marhaenisme hanya berfokus pada perjuangan kaum yang tertindas, sedangkan Marxisme berfokus pada perjuangan kelas yang dilakukan oleh kaum proletar.Â
Landasan pemikiran Marhaenisme berisi lima pokok yaitu :
- Ketuhanan yang Maha Esa.Â
- Peri Kemanusiaan (Internasionalisme).
- Peri Kebangsaan (Nasionalisme).
- Demokrasi.
- Kesejahteraan.
Sedangkan, asas-asas Marhaenisme yaitu:
- Radikal Revolusioner.
- Penyusunan Kekuatan.
- Masa atau aksi.
- Tidak bekerjasama dengan penjajah.
- Mandiri dan Percaya Diri.
Marhaenisme merupakan praktik Sosialisme Indonesia yang berfokus pada persatuan rakyat. Hal ini karena penggagas Marhaenisme yaitu Soekarno memiliki pemahaman yang begitu kuat tentang Sosialisme, sehingga dalam realisasinya Soekarno memadukan unsur utama Sosialisme dengan Islamisme serta Nasionalisme. Menurut Soekarno, Sosialisme merupakan sebuah pemikiran yang bertujuan untuk mendapatkan keadilan secara sama rata dan sama rasa. Pada masa sekarang, pemikiran Marhaenisme sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan sebagai ideologi perjuangan karena berisi pemikiran yang bersifat radikal revolusioner.Â
Namun, asas-asas Marhaenisme hingga masih relevan untuk dikaji lebih mendalam dengan tujuan untuk memperkuat konsepsi  tentang Pancasila. Selain itu Marhaenisme hingga kini masih terjaga eksistensinya seperti halnya oerganisasi kemahasiswaan GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) yangterus menjaga dan merawat pemikiran-pemikiran Bung Karno.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H