Real Madrid, mana sumbanganmu? Kiprah Real Madrid di dalam ikut memajukan pembinaan pemain masa depan Spanyol patut dipertanyakan. Keraguan terhadap keabsahan kontribusi mereka didukung oleh fakta bahwa skuad Euro U21 Spanyol tahun ini tidak diperkuat oleh satupun pemain dari Real Madrid. Dari 23 pemain yang dibawa ke Denmark, tidak ada perwakilan dari klub tersukses dalam sejarah La Liga tersebut. [caption id="attachment_114280" align="aligncenter" width="656" caption="Skuad Timnas U21 Spanyol"][/caption] Pesaing 'luar-dalam' Los Merenques, Barcelona, dapat tersenyum bangga bahwa, meskipun mereka sering mengumandangkan yel-yel 'Catalan is not Spain', sumbangan mereka kepada La Furia Roja sangat nyata. El Barca menyumbang empat pemain pada tiap posisi: Ruben Mino (penjaga gawang), Martin Montoya (bek), Thiago Alcantara (gelandang), dan Jeffren serta Bojan Krkic (penyerang). Klub-klub lain yang berperan serta adalah Atletico Madrid, Villareal, Athletic Bilbao, Sporting Gijon, Getafe, Valencia, Sevilla, Real Zaragoza, Deportivo La Coruna, dan Real Mallorca. Real Madrid bahkan tidak lebih dipercaya daripada tiga klub di luar Spanyol, yakni Milan, Marseille, dan Napoli. Sebuah reputasi yang buruk tentunya bagi klub sekaliber Madrid. Tampak jelas bahwa para pemain U21 mereka tidak mampu bersaing untuk menjadi inti kekuatan tim nasional yunior Spanyol. Faktor selain kekalahan bersaing adalah terbatasnya tempat bagi para pemain muda untuk menempati posisi reguler di dalam tim. Sempat kita mengenal Esteban Granero, namun setelah itu El Real didominasi oleh 'produk-produk siap pakai' yang bergelimang popularitas. Kebanggaan sebagai tim Spanyol nampaknya semakin terkikis. Orang Basque mungkin lebih bangga dengan keaslian dan sterilitas mereka dengan memberdayakan muatan lokal. Tampilnya Javi Martinez, Mikel San Jose, dan Iker Muniain sebagai representatif masyarakat Basque patut untuk dibanggakan. Bahkan, Martinez dipercaya menjadi kapten oleh Entrenador Luis Milla. Hal ini jelas mengecewakan. Madrid seperti tidak mempedulikan perkembangan pemain muda sendiri. Jika keadaan ini dibiarkan begitu saja, maka Madrid akan terancam tanpa wakil dalam skuad timnas Spanyol setelah generasi Casillas, Arbelola, Xabi Alonso, dan Sergio Ramos berakhir. Suatu saat nanti mereka lebih pantas kita sebut sebagai "LOST Galacticos" Pikirkan itu, Senor Perez! Popularitas Inggris mengganggu mental bertanding Inggris memiliki keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki oleh tujuh kontestan lainnya dalam UEFA European Under 21 Championship yang tahun ini berlangsun di Denmark. Ialah popularitas pemain. Hal ini tidak terlepas dari derasnya arus informasi mengenai English Premier League, khususnya yang menuju ke masyarakat sepakbola Indonesia, tempat kita berada. Popularitas Inggris membuat mereka paling dikenal dibandingkan pesaing lainnya, termasuk Spanyol sekalipun. Kita akan lebih mengenal Daniel Sturridge dibandingkan Thiago Alcantara, atau akhir-akhir ini lebih akrab dengan nama Jordan Henderson ketimbang dengan Ander Herrera. Propaganda informasi sepakbola Inggris memang paling 'wah' dan membuat orang berangan-angan melebihi kenyataan. Akan tetapi, kita saksikan di atas lapangan. Orang-orang yang lebih terkenal tersebut tidak mampu mengungguli kinerja mereka yang minim publikasi. Pada akhirnyalah, popularitas belum tentu membantu keberhasilan. Terkadang, publikasi yang berlebihan justeru melemahkan mental pemain bersangkutan. Terlihat sekali pada pertandingan Inggris versus Spanyol dini hari tadi (WIB) bahwa Jordan Henderson dan Daniel Sturridge kalah mentereng dibandingkan Thiago Alcantara dan Ander Herrera. Perkara Sturridge mampu menyelamatkan Inggris dengan golnya itu memang tidak dapat diganggu gugat. Namun, berdasarkan rapor keseluruhan pertandingan, pemain-pemain Spanyol lebih trengginas dan lebih menghibur. [caption id="attachment_114279" align="aligncenter" width="544" caption="Salah satu aksi Inggris v Spanyol dalam Euro U21"][/caption] Jordan Henderson yang baru saja menandatangani kontrak dengan Liverpool memperoleh bandrol harga transfer yang, menurut saya, di luar batas kewajaran. Hal ini jelas mengganggu 'netralitas' si pemain di dalam menunjukkan kemampuannya. Ia akan merasa terbebani oleh harga yang selangit tersebut. Alhasil, performa terbaik tidak mampu ia tunjukkan. Inilah sebenarnya masalah yang dihadapi oleh tim U21 Inggris. Justru pemain yang minim publikasi, Kyle Walker, mampu menunjukkan aksi terbaiknya. Popularitas pemain U21 Inggris juga tidak sesuai dengan kontribusi permainan mereka pada liga. Skuad Three Lions muda sepertinya miskin jam terbang kompetitif. Mereka tidak memiliki kesiapan mental untuk menghadapi persaingan yang sesungguhnya. Menurut saya, pemain-pemain Inggris belum mendapatkan kesempatan yang luas untuk menunjukkan potensi mereka pada liga domestik. Dominasi pemain asing pada kompetisi EPL menghambat perkembangan pemain muda mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H