Mohon tunggu...
Prinz Tiyo
Prinz Tiyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - I just don't like the odds.

I just don't like the odds.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Garis Keturunan dan Lahirnya Rusia

1 April 2011   02:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:14 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekitar lima ratus tahun sebelum Masehi orang-orang Yunani mengadakan pelayaran menuju Bosphorus dan dengan gagah berani menentang badai ganas di Laut Hitam. Mereka mulai menduduki koloni-koloni mereka di sepanjang pantai Laut Hitam. Pada tahun 440 SM Herodotus menulis banyak informasi mengenai keadaan domestik Rusia. Menurut Herodotus, penjelajahan ke wilayah Rusia mulai terjadi pada tahun 100 SM.

Di daerah tersebut berdiam sebuah suku bernama Scythia. Mereka suka berperang dan berburu, memiliki sifat yang lebih ganas dibandingkan serigala sekalipun. Suku Scythia melintasi Sungai Volga dan menguasai seluruh negeri dari sungai Don hingga sungai Danube. Suku barbar ini sebenarnya bukanlah ancaman serius bagi bangsa Yunani, namun keberadaan mereka sangat penting bagi perkembangan peradaban bangsa Rusia. Secara garis besar suku Scythia terbagi atas dua golongan: golongan petani dan golongan pekerja. Scythia berhasil memperluas pendudukannya hingga Eropa utara dan Asia. Bahkan jumlahnya tidak jauh berbeda dengan suku-suku Indian yang mendiami hutan-hutan Amerika Utara. Suku ini termasuk suku barbar yang paling menakutkan yang pernah ada dalam peradaban manusia di dunia. Mereka meminum darah para musuh yang dikalahkannya dan mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit musuhnya tersebut. Tempat air minum mereka adalah tulang tengkorak manusia.
Scythia adalah pemuja pedang dan memiliki semboyan yang menakutkan: "God of War" atau Dewa Perang. Raja Philip dari Macedonia (Philip of Macedon) adalah orang pertama yang mengenali semangat kebanggaan orang Scythia. Philip berhasil menaklukkan Scythia dalam sebuah pertempuran penting. Kekalahan atas Macedonia ini membuat Scythia sadar bahwa mereka tidak lagi "tak terkalahkan". Selanjutnya Aleksander Agung memperpanjang daftar kekalahan bangsa Scythia setelah menguasai seluruh daerah kekuasaan suku ini, tepatnya diantara sungai Danube dan sungai Dnieper. Periode penyerangan selanjutnya terhadap Scythia dilakukan oleh legiun-legiun pasukan Romawi ke sungai Euxine, menancapkan panji-panji kebesaran bangsa Romawi di puncak Kaukasus. Para sejarawan Romawi tampaknya menghapus nama Scythia dan menggantikannya dengan Sarmatia, tepatnya suku barbar Sarmatia. Sebutan ini ditujukan untuk seluruh daerah sebelah utara Eropa dan Asia. Pada awal-awal tahun Masehi, sejumlah suku yang terkenal kejam di tepi sungai Theis dan sungai Danube mulai mengadakan penyerangan terhadap kekaisaran Romawi. Hal ini menandai mulainya perang antar negara, yang berakhir pada saat jatuhnya kekuasaan Caesar. Pada abad ke-2 M, kaisar Trajan menyerang dan menduduki provinsi Dacia (Hungaria, Transylvania, Moldavia, Wallachia dan Bessarabia). Romawi kemudian membagi-bagi negara ini ke dalam beberapa provinsi dan dimasukkan ke dalam wilayah prefektur. Abad ke-3 M, bangsa Gothic dari pantai laut Baltik mulai mengadakan penyerangan. Bangsa ini terkenal akan kekejaman dan keberingasannya. Penyerangannya menjalar hingga Laut Hitam, hingga menguasai wilayah pedesaan di Bythinia, Gallacia dan Cappadocia. Gothic akhirnya sampai ke kota Athena dengan maksud menduduki kerajaan Yunani. Pada saat mereka hendak menghancurkan sejumlah perpustakaan di kota Athena, salah satu pemimpin Gothic berpesan sebagai berikut: "Jangan hancurkan buku-buku orang Yunani itu, agar kelak penerus mereka dapat membaca dan mempelajari betapa mereka telah lupa akan seni berperang. Dengan cara ini kita dapat dengan mudah menguasai mereka." (Let us leave to the Greeks their books, that they, in reading them may forget the arts of war; and that we thus may more easily be able to hold them in subjection). Bangsa Gothic kemudian mendirikan kerajaan dengan wilayah dari Laut Baltik hingga Laut Hitam, termasuk perbatasan wilayah yang sekarang dikenal dengan Rusia bagian Eropa. Menjelang abad ke-4 M, gelombang serangan barbar menguasai Eropa bagian utara. Bangsa Hun, yang berasal dari daerah perbatasan utara Cina, mengadakan penjelajahan dengan mengarungi daerah gurun, dan menyapu bersih dan membumi hanguskan Rusia Eropa. Para ahli sejarah waktu itu tidak menemukan bukti mengenai bahasa apa yang dipakai oleh Hun. Bangsa ini mendesak kekaisaran Romawi dengan kekejaman bagaikan serigala. Bangsa Hun akhirnya berperang melawan kerajaan Gothic. Raja Gothic, Hermanic, mengalami depresi dan putus asa hingga ia memutuskan untuk bunuh diri. Mungkin ia lebih baik bunuh diri daripada tertangkap dan dijadikan budak. Ribuan orang Gothic melarikan diri ke provinsi Thrace (bagian dari Romawi), yang kemudian menjadi provinsi Rumania (bagian dari Turki). Kerajaan Gothic beserta keturunannya tidak mampu kembali ke daerah asalnya dan menjadi penduduk tetap Thrace. Sementara Hun meraih kemenangan di seluruh wilayah Eropa utara. Mereka terdiri atas banyak suku. Pada pertengahan abad ke-5 M, Atilla naik tahta menjadi Raja Hun. Di bawah kepemimpinannya, Hun berhasil menguasai sungai Volga dan Sungai Rhine, dari Bosphorus hingga pantai laut Baltik. Atilla sangat identik dengan pertumpahan darah. Ia menyapu bersih lembah Sungai Danube dengan kekuatan tentara berjumlah 700.000 orang. Serangan diteruskan ke Gaul dan Chalons. Kematian Atilla menjadi titik balik supremasi bangsa Hun. Akhirnya mereka binasa. Kekejaman bangsa Hun menjadi catatan sendiri kekejaman perang yang pernah ada dalam sejarah dunia. Kemusnahan bangsa Hun tidak jauh beda dari kemunculannya, yakni secara tiba-tiba.

Dengan hancurnya Hun, maka Rusia Tengah menjadit terbengkalai karena ditinggalkan oleh para penghuninya. Penduduk wilayah tersebut hanya berjumlah sedikit dan hidup dengan beternak dan bercocok tanam. Periode selanjutnya adalah masa kedatangan orang Sclavonia. Bangsa ini terdiri atas banyak kelompok, suka berperang, berperangai kasar dan memiliki banyak nama. Tidak butuh waktu lama, Sclavonia berhasil menduduki Romawi. Ternyata mereka lebih sulit dikalahkan dibandingkan Gothic maupun Hun, sampai akhirnya Kaisar Justinia mengadakan negosiasi, membujuk dan membayar mereka agar tidak memusuhi orang Romawi. Invasi lain dilakukan oleh bangsa Avar. Penyerangan dilakukan mulai daerah Utara Cina, Asia, provinsi-provinsi di Laut Hitam, Yunani dan menduduki sebagian besar wilayah Yunani di antara Sungai Volga dan sungai Elbe. Gelombang serangan Avar ini berhasil dibendung oleh Sclavonia yang menguasai Danube. Bangsa Avar melarikan diri ke hutan dan bertahan hidup dengan berburu serigala. Jejak orang-orang Avar tidak dapat dilacak dengan pasti. Segala bentuk kekerasan, kekejaman, keberingasan, dan ketidakberadaban inilah yang melatarbelakangi lahirnya bangsa Rusia. Di sepanjang pantai Laut Baltik, berdiam orang-orang dari Skandinavia dan kemudian menyusul orang Normandia. Menjelang abad ke-8 M, Normandia menguasai Eropa dengan tentara Charlemagne. Awal abad ke-9 M Normandia berhasil menyerang Prancis, Italia, Skotlandia, Inggris, menyeberang hingga Irlandia, dan mendirikan kota-kota baru. M. Karamsin, penulis sejarah Rusia menyatakan, "Tidak diragukan lagi bahwa lima ratus tahun sebelum Christopher Columbus mendarat ke Amerika Utara, kegiatan perdagangan telah ada dan dilakukan oleh orang-orang pribumi di sana." Informasi mengenai penduduk Rusia tengah tidak diketahui sebelum pertengahan abad ke-9 M. Mereka digambarkan sebagai penduduk yang mampu mempertahankan diri dan pandai bercocok tanam. Rumah-rumah orang Rusia tidak terlalu bagus, kecil dan terbuat dari kayu, makanan mereka adalah daging mentah. Bangsa Yunani menunjukkan kekagumannya terhadap orang Rusia karena mampu memanjat tebing yang tinggi, sifat mereka yang keras dan daya tahannya yang luar biasa saat berenang mengarungi arus yang sangat deras. Orang Rusia diyakini sebagai ras yang memiliki bakat luar biasa dalam dalam bidang olahraga, penuh ambisi dan tenaga, kuat dan lincah. Bangsa Rusia telah terbiasa menghadapi saat-saat genting, termasuk menentang maut. Mereka tidak takut untuk berperang menghadapi Romawi. Senjata khas mereka adalah pedang, lembing, dan panah beracun. Setiap pasukannya dilengkapi dengan perisai. Saat melintasi sungai Danube selama peperangan, mereka tak kehilangan kesabaran, tetap fokus dalam mempertahankan diri. Seberat apapun penderitaan yang dialami, orang Rusia tidak akan mengeluh sakit. Di balik kekerasan watak bangsa ini, orang Rusia dikenal sebagai sebuah bangsa yang saling menghargai sesama, lebih suka menghindari pertikaian, jujur dan membela kebenaran. Setiap tamu yang datang disambut bagaikan raja dan dijamu dengan hidangan yang terbaik. Namun demikian, nasib perempuan Rusia tidak sebaik penduduk laki-lakinya. Perempuan memiliki kedudukan yang lebih rendah. Semua beban hidup diberikan kepada mereka. Jika suami meninggal, maka janda suami tersebut diasingkan. Menurut kebiasaan orang barbar, ritual ini dilakukan untuk menghindari pembunuhan secara diam-diam para isteri terhadap suaminya. Istri juga dianggap sebagai budak suami, dan manakala istri meninggal, maka ia akan tetap melayani suaminya di kehidupan lain. Para isteri sering ikut berperang. Sejak lahir, anak laki-laki dilatih berkelahi, dan dibiasakan untuk tidak takut terluka akibat perkelahian tersebut. Seorang ibu bahkan dibolehkan untuk membunuh bayinya jika bayi tersebut berjenis kelamin perempuan; akan tetapi anak laki-laki harus dibiarkan hidup dan dirawat untuk dijadikan tentara. Hal ini disahkan oleh hukum. Menyadari keadaan ini, Gostomyle, seorang Sclavonia yang terkenal dengan kepandaian dan kecerdasannya, menyerukan perang terhadap anarki yang terjadi di sekitarnya dan mengagumi peradaban yang dimiliki oleh bangsa Normandia. Ia kemudian mengajak beberapa suku liar untuk mengirim utusan ke kerajaan Normandia. Utusan ini didampingi oleh pasukan yang sangat ahli berperang, namun akhirnya menyadari bahwa sebenarnya mereka belum tahu bagaimana cara mengatur diri mereka sendiri. Utusan ini mengirim pesan sebagai berikut: "Negeri kami adalah sebuah negeri yang besar dan belum terjamah oleh orang asing. Namun kami tidak mengaturnya secara baik. Datanglah dan pimpin kami agar menjadi lebih baik." Ada tiga orang bersaudara berkebangsaaan Normandia, Rurik, Sineous, dan Truvor yang bersama-sama memiliki keinginan untuk membangun kehidupan Rusia agar dapat bertahan menghadapi invasi bangsa Skandinavia yang terkenal kejam dan liar. Rurik memimpin daerah Novgorod di tepi Danau Ilmen, Sineous memimpin daerah Timur-Laut dan mendirikan pusat pemerintahan di Bielo Ozero, di tepi Danau Bielo, sedangkan Truvor menuju ke selatan, dan mengatur daerah Smolensk. Dengan demikian, terdapat tiga penguasa di Rusia, yang disatukan oleh kepentingan yang sama. Selanjutnya ketiganya mendirikan Rusia.

Nama Rusia berasal dari suku Normandia, yang tak lain adalah kependekan dari Rurik-Sineous-Truvor. Kekuasaan Rurik semakin berkembang hingga ke hulu sungai Volga dan wilayah barat-daya di tepi sungai Dwina. Di wilayah utara, kekuasaan Rurik mencapai daerah salju arktik. Rurik mengangkat sejumlah gubernur yang dipilih dari orang-orang Normandia. Sistem pemerintahan yang dijalankan adalah sistem pemerintahan feodal di bawah kerajaan. Sistem feodal ini adalah langkah awal untuk melepaskan diri dari budaya barbar. Pemerintah memberikan imbalan dan gaji kepada para pelayannya, baik sipil maupun militer, berupa wilayah terbatas. Orang-orang yang kemudian menjadi tuan tanah ini diwajibkan untuk setia kepada pimpinan dan siap menyumbang tenaganya jika dibutuhkan. Sistem ini sangat berperan dalam menghapuskan kebiasaan barbar dan menumbuhkan komunikasi yang lebih baik, membentuk peraturan, otoritas, dan penyelesaian konflik selain dengan menggunakan pedang/kekerasan. Pada waktu bersamaan muncul dua orang bangsawan Normandia bernama Ascolod dan Dir. Keduanya terinspirasi oleh kesukaannya terhadap perang dan petualangan yang menjadi ciri khas bangsa Normandia. Mereka mengadakan perjalanan menuju Constantinople untuk menawarkan jasa kepada Kaisar Constantine. Petualangan kedua bangsawan ini akhirnya sampai ke daerah selatan Novgorod. Kedua petualang ini terus melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah desa kecil bernama Kief yang terletak di tepi Sungai Dnieper. Tempat tersebut sangat indah dengan arung jeram yang mengagumkan dan besar sekali. Keindahan alam ini membuat Ascolod dan Dir berminat untuk menetap di sana.

Tak lama kemudian mereka bergabung dan berbaur dengan penduduk desa tersebut. Orang asli di sana tidak menentang kedatangan Ascolod dan Dir. Desa Kief berkembang menjadi salah satu tempat yang paling penting dalam sejarah kemerdekaan kerajaan Rusia. Ascolod dan Dir kemudian melatih tentara, membekali mereka dengan pengetahuan dan ilmu seperti yang diajarkan kepada tentara Normandia. Gerakan angkatan bersenjata diperluas keluar Kief, hingga sungai Euxine. Kerajaan Rusia melakukan penyerangan melalui Sungai Euxine, memasuki Bosporus dan daerah yang dikenal dengan sebutan "Tanduk Emas" (Golden Horn). Keberhasilan menduduki Constantinople adalah hasil dan penyerangan mendadak ke kota tersebut. Pada waktu itu Constantinople dipimpin oleh Kaisar Michael III. Pusat pemerintahan kosong karena Kaisar Michael III sedang disibukkan oleh perang melawan bangsa Arab. Seorang kurir memberitahukan kepada Kaisar bahwa situasi dalam negeri sedang genting. Michael III segera kembali ke ibukota namun yang ia temui adalah penduduk Bosporus yang sedang dalam keadaan putus asa.

Informasi dihimpun dari berbagai sumber dan pertama dipublikasikan di http://www.setiyowidodo.blogspot.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun