Mohon tunggu...
Tiyas Nur Haryani
Tiyas Nur Haryani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumni Administrasi Negara FISIP UNS, peminat studi gender, tinggal di Solo.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Titik Balik

25 Juli 2013   21:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:02 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13749017091023278450

Maaf  Tuhan, aku masih sibuk.. Lama tak aku merinduMu. Lama tak ku panggil namaMu dalam doaku. Maaf Tuhan aku masih sibuk.. Hingga aku merasa jauh dariMu. Padahal Engkau selalu di dekatku. Ketika aku panggil namaMu. Engkau betul telah disini, dihatiku. Maaf Tuhan aku masih sibuk.. Hingga rayu setan merasuk kalbuku. Maaf Tuhan aku masih sibuk.. Lama tak ku buka kitab suciMu Hingga aku menjadi manusia lalai Maaf Tuhan aku masih sibuk.. Hingga aku sadar Engkau-lah Maha Penyelamat.. Yaa Salam. Hingga aku kembali meneteskan air mata mendengar lantunan ayat suciMu Hingga hatiku bergentar mendengar panggilanMu Hingga kembali ke buka ayat-ayat suci Al-QuranMu, setelah lama bias dari kesibukan dunia saat ini Hingga aku membuka mataku akan kebesaran kuasaMu

Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan” (QS. Ar-Rahman: 29). Kami akan menarik dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang tidak mereka ketahui (QS Al A'raf : 182)

Hingga aku tersadar akan kebaikan Allah selalu dapat manusia rasakan bersamaan dengan maksiat yang terus mereka lakukan. Bisa jadi itu adalah awal kehancuran mereka secara berangsur-angsur.. Sungguh, bukan kita yang melempar, tapi Tuhanlah yang melempar. Manusia, hanya diberi pilihan mau milih untuk melakukan apa. Baik atau buruk. Kita bisa mendapatkannya atau tidak, tergantung kita mau memilih. Maka pada hari ini sebaiknya ku curahkan semua perhatian, pedulian dan kerja keras. Dan pada hari ini aku harus bertekad memberikan kualitas shalat yang paling baik, bacaan al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keindahan akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan, perhatian pada kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik pada sesama. “Wahai masa depan dunia, sekalipun engkau masih dalam kegaiban. Maka aku tak harus bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah dugaan.” Biarkan hari esok datang dengan sendirinya. Hari esok yang masih ada dalam alam gaib dan belum tentu turun ke bumi. [caption id="attachment_269018" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar diambil dari www.indoforum.org"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun