[caption id="attachment_191831" align="aligncenter" width="300" caption="Solo Batik Carnaval 5 saat tampil On The Street di Jl. Slamet Riyadi Surakarta(30/6)"][/caption]
Pergelaran Solo Batik Carnaval merupakan acara tahunan yang sudah dimulai sejak tahun 2008. Event ini merupakan inisiasi dari Pemerintah Kota Surakarta, sebagai upaya branding Kota Solo dikancah pariwisata. SBC 5 (30/6) menawarkan tema metamorfosis. Yang filosofinya adalah dari kain putih kemudian berubah menjadi batik yang cantik.
Tahun ke tahun evaluasi, perhelatan SBC 5 ternyata belum diikuti dengan kedewasaan dari pihak penyelenggara maupun dari para penonotonnya. Pertama, perhelatan SBC 5 kembali dikomersilkan, sama halnya saat perhelatan SBC 4. Hal ini menjadi amat disayangkan, karena karnaval tidak lagi menjadi pesta rakyat. Ada gap yang muncul, antara pemilik uang dan mereka yang tidak mampu dan/atau engggan membeli tiket untuk dapat menyaksikan para peserta Solo Batik Carnaval berlenggak-lenggok dan menari di atas karpet merah. Meski demikian, SBC tetap tidak melupakan rakyat, karnaval jalan di Jl. Slamet Riyadi Solo tetap dilakukan agar rakyat Kota Solo dan sekitarnya tetap bisa menikmati sebagai kecil mewahnya perhelatan SBC 5 indoor, yang memangrombongan karnaval yang melakukan aksi outdoor tidak berbanding lurus dengan besarnya animo masyarakat yang menunggu rombongan karnaval berjalan.
Kedua, edukasi budaya yang sebenarnya menjadi absurd saat SBC hanya mampu menampilkan tata rias dan tata busana yang mampu membuat penontonnya terkesan. Penonton, belum mampu mengenali dimana letak seni batik yang disuguhkan, apalagi ketika SBC dilaksanakan malam hari yang minim penerangan, sehingga motif batik kurang begitu jelas terlihat. Lukisan batik pada kain-kain yang digunakan sebagai bahan dasar busana menjadi kalah menonjol dibanding dengan kemewahan tata busana yang berhasil didesain oleh para peserta. Penonton, pada khususnya masyarakat Kota Solo juga hanya akan mengagumi kemeriahan busana-busana SBC yang ditampilkan, lagi-lagi melewatkan edukasi menyoal macam-macam corak batik yang diproduksi para perajin batik Kota Solo. Berbeda dengan perhelatan SBC jauh diawal sebelum SBC 5, Pemkot Solo juga turut memberikan edukasi budaya terkait ragam corak batik yang diproduksi perajin di Kota Solo.
[caption id="attachment_191832" align="aligncenter" width="300" caption="Penonton SBC 5 yang terus mencoba merangsek ke tengah jalan (30/6)"]
[caption id="attachment_191833" align="aligncenter" width="300" caption="Sampah yang berserakan di rute karnaval masih menjadi persoalan klasik."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H