Mohon tunggu...
Tiyas Nur Haryani
Tiyas Nur Haryani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumni Administrasi Negara FISIP UNS, peminat studi gender, tinggal di Solo.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Nasi Liwet Solo yang Ngangenin

27 Juli 2013   12:25 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 6017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran sudah mendekati, H-12 ini arus mudik sudah terlihat meningkat. Kala lebaran konon katanya kondisi di Ibu Kota berubah menjadi sepi lenggang, tapi bagaimana dengan daerah lainnya. Daerah di sepanjang jalur pantura tentu saja padat merayap kala mudik lebaran. Lalu bagaimana dengan Kota Surakarta atau akrab kita panggil dengan Kota Solo itu. Kota berkembang yang ada di Provinsi Jawa Tengah, sekaligus menjadi barometer kondisi Jawa Tengah. Banyak orang Solo yang memang merantau ke Ibu Kota. Perbincangan orang-orang kami, konon katanya mudah mencari uang ke Jakarta, banyak peluang kerja disana. Tak heran jika banyak orang kami yang memilih hidup rantau di Ibukota sekalipun mereka sadar mereka tidak memiliki ketrampilan dan keahlian khusus untuk bertahan hidup di Ibukota. Penulis sendiri adalah putra daerah Solo, semenjak kecil besar di Solo dan lahir di Soloraya. Kota Surakarta yang disebut juga Kota Solo, lalu ada pula sebutan Soloraya.

Kota Solo dan Soloraya berbeda. Konon katanya lagi, orang-orang perantau asal Wonogiri, Klaten dan/atau Boyolali mengaku mereka adalah orang Solo. Sebetulnya mereka adalah orang Soloraya. Jadi Soloraya adalah sebutan bagi kota satelit di Karisidenan Surakarta yakni terdiri dari Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Klaten dan Karanganyar (1 Kota dan 6 Kabupaten).

Kembali pada bahasan mudik dan Kota Solo. Saat mudik lebaran menjadi tak heran jika mendadak kota kecil ini menjadi macet dengan berbagai macam plat nomor kendaraan luar Solo membludag di jalan-jalan utama kota. Selain menjadi pilihan liburan mereka adalah orang asli Solo yang tengah pulang kampung atau hanya sekedar silaturahim dengan keluarga besarnya di Solo.

Hal yang tak boleh dilewatkan oleh para pengunjung Kota Solo adalah kekhasan kulinernya. Salah satunya yang paling khas dan menarik adalah nasi liwet Solo. Nasi gurih ini biasa dijumpai di warung-warung kuliner di Kota Solo kala pagi dan malam hari. Kuliner yang satu ini memang lebih sedap disantap kala pagi atau malam hari. Nasi liwet menjadi kuliner favorit bagi keluarga Solo. Nasinya yang gurih dan harum membuat banyak orang ingin dan mudah merindukan masakan Solo yang satu ini.

[caption id="attachment_269033" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar diambil dari www.itrademarket.com"][/caption]

Bagi yang sudah pernah menyantap kuliner Nasi Liwet Solo ini, tentunya dapat merasakan khasanah Jawa nan tradisional dalam penyajian kuliner ini. Disajikan dalam pincuk atau daun pisang yang dilipat menyerupai kerucut mampu menghadirkan rasa Jawanya lebih kental. Sayurnya pun sudah pakem yaitu ada sayur sambal goreng labu siam. Suwiran ayam opor, uritan atau ati dan ampela ayam, telur kukus dan telur rebus serta ditambah pula dengan santan kental yang gurih atau biasa disebut sebagai ‘kumut’ menambah nikmat rasa Nasi Liwet.

[caption id="attachment_269021" align="alignright" width="300" caption="gambar diambil dari www.food.detik.com"]

1374902052219269937
1374902052219269937
[/caption] Warung-warung kuliner nasi Liwet kebanyakan adalah warung lesehan. Nikmat bukan? Kita bisa bersantai menyantap sajian kuliner ini bersama rekan-rekan atau keluarga. Tampilan lainnya yang khas saat Anda membeli Nasi Liwet Solo adalah penampilan ‘Yu Sego Liwet’, panggilan akrab bagi para perempuan pedagang Nasi Liwet di Kota Solo. Sego adalah bahasa Jawa dari nasi. Para pedagang nasi liwet memang para perempuan. Mereka tampil tradisional dengan baju model jaman dulu, khas kebaya atau minimal mereka berpenampilan Jawa sederhana dengan cara penataan dagangan secara lesehan dalam wadah-wadah makanan yang khas.

Nasi Liwet legenda di Solo dapat dijumpai di Nasi Liwet Wongso Lemu di daerah jalan Teuku Umar, Keprabon area Keraton Mangkunegaran atau mudah ditemui di timur Ngarsopuro. Tapi Anda jangan heran ketika harus merogoh kantong secara dalam-dalam usai menikmati Nasi Liwet di Warung Nasi Liwet Bu Wongso Keprabon. Harga nasi liwet di sini lebih tinggi yaitu Rp 10.000 untuk nasi liwet biasa dan Rp 17.000 untuk nasi liwet komplit dengan ati ampela. Lauk pendamping untuk nasi liwet pun cukup lengkap di sini ada potongan ayam dengan harga Rp 5.000, beraneka gorengan dan baceman Rp 1.000.

Selain di Bu Wongso, wisata kuliner nasi Liwet dapat Anda jumpai di daerah Lojiwetan, Jalan Kapten Mulyadi. Tepatnya di timur bekas banteng atau timur kantor Telkom, terdapat warung nasi liwet Bu Sarmi. Ada juga di daerah Purwosari, dekat dengan Statiun Purwosari Jalan Slamet Riyadi Solo. Warung Nasi Liwet Bu yanti tampil dengan bentuk warung lesehan di barat kantor PLN Solo cukup menjanjikan rasanya. Berikut adalah lokasi wisata kuliner Nasi Liwet di Solo:

  1. Bu Wongso Lemu Jl. Teuku Umar, Keprabon Solo buka dari pukul 18.00–24.00
    13749026321930074926
    13749026321930074926
  2. Bu Sarmi diJl. Kapten Mulyadi, Lojiwetan, buka pada pukul 18.00-24.00
  3. Bu yanti di Jl. Slamet Riyadi, Purwosari buka pada pukul 18.00-24.00

Bagi anda pemudik yang tengah melintasi Kota Solo dan/atau yang tengah melakukan silaturahim keluarga di Solo sayang jika anda melewatkan wisata kuliner Nasi Liwet ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun