Worklife - Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat, banyak sektor pekerjaan yang terancam tergerus oleh mesin, kecerdasan buatan (AI), dan otomatisasi. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari, meski seringkali terdengar menakutkan. Namun, bukan berarti teknologi hanya menjadi ancaman. Justru, jika kita bisa beradaptasi dan mengembangkan keterampilan baru, peluang kerja baru pun akan terbuka lebar. Tidak hanya itu, beberapa pekerjaan yang terancam punah ini bisa menjadi peringatan agar kita mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih digital dan canggih.
Memasuki tahun 2025, tren PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) semakin menjadi sorotan. Banyak pekerja yang bekerja di sektor-sektor tradisional atau tugas yang bisa digantikan teknologi harus memutar otak agar tetap relevan. Menurut studi dari Microsoft, meski 27% pekerjaan akan hilang akibat teknologi, ada 26% pekerjaan baru yang akan tercipta. Ini artinya, meski ada banyak pekerjaan yang terancam punah, ada banyak juga peluang yang bisa dimanfaatkan jika kita mampu beradaptasi dengan perubahan.
Berikut ini adalah lima jenis pekerjaan yang berisiko tinggi terkena PHK pada tahun depan. Kalau kamu bekerja di salah satu bidang ini, mungkin sudah saatnya untuk berpikir tentang bagaimana mengembangkan keterampilan baru yang lebih relevan dengan perkembangan zaman.
"Kemajuan teknologi mengancam beberapa pekerjaan. Pekerja harus mengembangkan keterampilan baru agar tetap relevan dan menghindari PHK." - Tiyarman Gulo
1. Data Entry: Pekerjaan yang Terancam Digitalisasi
Pekerjaan sebagai operator data entry yang dahulu banyak diminati kini semakin berkurang jumlahnya. Kenapa? Teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) kini bisa dengan mudah melakukan tugas ini, seperti memasukkan data, memverifikasi, dan mengolah informasi tanpa membutuhkan banyak campur tangan manusia.
Meskipun begitu, bukan berarti pekerjaan ini akan hilang begitu saja. Peran manusia masih diperlukan dalam beberapa proses pengolahan data yang lebih kompleks, misalnya yang melibatkan analisis, keputusan strategis, atau pengawasan kualitas data. Namun, pekerja yang sebelumnya hanya melakukan pekerjaan entri data dasar perlu mengembangkan kemampuan mereka untuk menghadapi perubahan ini. Mereka harus bisa menggunakan teknologi dan AI untuk meningkatkan efisiensi kerja mereka, bukan hanya sekadar mengikuti perintah komputer.
Jadi, kalau kamu bekerja di bidang ini, mulailah untuk mempelajari skill lain seperti analisis data atau manajemen proyek. Kemampuan untuk beradaptasi dengan perangkat lunak canggih akan menjadi nilai tambah yang sangat dibutuhkan.
2. Web Developer pada Tingkat Dasar: Bersaing dengan Teknologi Pintar
Dunia pengembangan web terus berkembang dengan pesat. Sebelumnya, pekerjaan seorang web developer cukup banyak dibutuhkan, namun kini, dengan hadirnya platform dan alat otomatis yang lebih pintar, pekerjaan seorang web developer tingkat dasar semakin terancam. Misalnya, ada alat yang dapat membuat website dengan cepat dan efisien, bahkan bisa menganalisis dan memperbaiki masalah teknis tanpa melibatkan banyak manusia.
Namun, bukan berarti pekerjaan ini akan sepenuhnya hilang. Web developer tetap diperlukan untuk tugas-tugas yang lebih teknis dan spesifik, seperti maintenance website, penyesuaian antarmuka pengguna, dan penanganan masalah yang lebih rumit yang belum bisa diselesaikan oleh AI. Hanya saja, kebutuhan akan web developer di tingkat dasar akan semakin menurun. Oleh karena itu, bagi yang bekerja di bidang ini, penting untuk meningkatkan keterampilan di bidang pengembangan web yang lebih canggih, seperti pengembangan aplikasi atau sistem backend.
Pekerja di bidang ini yang bisa beradaptasi dengan teknologi terbaru dan memperdalam kemampuan teknis mereka akan tetap memiliki peluang yang besar.
3. Penulis Konten: Menghadapi Era Kecerdasan Buatan
Salah satu sektor yang paling terpengaruh oleh kemajuan teknologi adalah dunia penulisan konten. Dengan kemunculan platform AI seperti ChatGPT dan Meta AI, kini siapa pun bisa membuat tulisan dalam waktu singkat dan dengan bahasa yang mudah dipahami. Hal ini tentu mengancam peran penulis konten yang sebelumnya dibutuhkan untuk menulis artikel, blog, atau bahkan konten media sosial.
