Sektor konstruksi, yang selama ini dikenal sebagai penyumbang emisi global terbesar, juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam permintaan akan tenaga kerja dengan keterampilan ramah lingkungan. Mereka tengah berusaha keras untuk berinvestasi dalam proyek-proyek hijau dan mengurangi jejak karbon dari kegiatan mereka. Sektor ini saja berkontribusi 37 persen dari emisi global.
Sektor manufaktur juga ikut merasakan dampaknya. Banyak perusahaan yang kini berupaya mendekarbonisasi produk dan rantai pasokan mereka, yang tentu saja membutuhkan pekerja dengan keahlian terkait keberlanjutan.
Yang menarik adalah sektor teknologi, informasi, dan media, yang mengalami lonjakan permintaan terbesar---hingga 60 persen---dalam hal lowongan pekerjaan yang ramah lingkungan. Sebagai contoh, perusahaan teknologi besar semakin banyak yang mengembangkan produk dan solusi yang berorientasi pada keberlanjutan. Mereka membutuhkan tenaga ahli yang tidak hanya paham teknologi, tetapi juga mengerti bagaimana teknologi tersebut bisa membantu menyelesaikan masalah lingkungan.
Kesulitan dalam Mengisi Pekerjaan Hijau: Ketimpangan Gender dan Generasi
Sayangnya, meskipun ada minat yang besar dari masyarakat terhadap pekerjaan ramah lingkungan, kenyataannya perempuan dan generasi muda, khususnya Gen Z, cenderung kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mengisi posisi-posisi tersebut.
Fakta menarik dari laporan ini adalah hanya satu dari sepuluh perempuan yang memiliki keterampilan ramah lingkungan, sementara hampir satu dari lima laki-laki lebih cenderung memiliki keterampilan tersebut. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan gender yang perlu diperbaiki agar peluang bagi perempuan dalam sektor pekerjaan hijau bisa lebih besar.
Sementara itu, meskipun Generasi Z menunjukkan minat yang besar terhadap pekerjaan ramah lingkungan---dengan 61 persen dari mereka mengaku ingin bekerja di sektor ini dalam lima tahun ke depan---realitanya, hanya satu dari sepuluh orang di Gen Z yang akan siap dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja di bidang ini. Ini tentu menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan dan pelatihan kerja untuk menyiapkan generasi muda agar bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja hijau di masa depan.
Mengapa Kita Harus Peduli?
Laporan ini menunjukkan dengan jelas bahwa kita berada di persimpangan jalan yang penting. Jika tidak ada upaya serius untuk mempercepat pelatihan dan pengembangan keterampilan di bidang keberlanjutan, tujuan iklim global yang telah disepakati---termasuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai net zero---dapat terancam gagal.
Jika setengah dari pekerjaan ekonomi hijau pada 2050 tidak terisi, bukan hanya akan berdampak pada industri dan ekonomi global, tetapi juga bisa menghambat upaya-upaya pelestarian lingkungan yang sangat kita butuhkan di tengah krisis iklim ini. Bagaimana kita bisa mencapainya jika tidak ada tenaga kerja terampil yang bisa menggerakkan perubahan tersebut?
Oleh karena itu, penting bagi kita semua---baik pemerintah, perusahaan, maupun individu---untuk berperan serta dalam mendukung perkembangan green talent. Perusahaan perlu memperluas program pelatihan keterampilan berkelanjutan, pemerintah bisa lebih mengutamakan pendidikan dan kebijakan yang mendukung pekerjaan hijau, dan masyarakat perlu lebih sadar akan pentingnya berkontribusi pada ekonomi hijau.
Solusi untuk Mengisi Kekosongan Green Talent
Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi krisis ini. Yang pertama adalah peningkatan akses pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda, terutama dalam bidang keberlanjutan dan teknologi ramah lingkungan. Program pelatihan ini tidak hanya terbatas pada perguruan tinggi, tetapi juga bisa dilakukan melalui kursus atau pelatihan singkat yang langsung mengarah pada keahlian yang dibutuhkan di pasar kerja.
Kedua, pemerintah dan perusahaan perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pekerjaan hijau, termasuk insentif bagi perusahaan yang memprioritaskan keberlanjutan dalam operasi mereka. Ini bisa mencakup berbagai kebijakan, dari subsidi energi terbarukan hingga investasi dalam inovasi hijau.