Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - SEO Specialist

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Raket

Kaderisasi Lumpuh Jadi Akar Masalah di Balik Meredupnya Bintang Bulu Tangkis Indonesia

7 Agustus 2024   11:26 Diperbarui: 7 Agustus 2024   11:28 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Kaderisasi Lumpuh Jadi Akar Masalah di Balik Meredupnya Bintang Bulu Tangkis Indonesia | IMAGE BY kemenpora.go.id

Bulu tangkis, olahraga yang pernah menjadi kebanggaan bangsa, kini meredup. Kekalahan demi kekalahan di ajang internasional semakin menggores luka di hati para pecinta bulu tangkis Tanah Air. Di balik semua ini, tersimpan sebuah persoalan mendasar yang selama ini kerap terabaikan: lemahnya sistem kaderisasi atlet. Jika kita ingin kembali melihat para pebulu tangkis Indonesia berjaya di kancah dunia, maka pembenahan sistem kaderisasi adalah langkah mutlak yang harus dilakukan.

Apa Itu Kaderisasi dan Mengapa Penting?

Kaderisasi adalah proses pembinaan dan pengembangan atlet secara sistematis dan berkelanjutan, mulai dari tahap pencarian bakat hingga menjadi atlet profesional. Proses ini meliputi pembinaan fisik, teknik, mental, dan juga pendidikan. Kaderisasi yang baik akan menghasilkan atlet yang tidak hanya memiliki kemampuan teknis yang mumpuni, tetapi juga mental yang kuat, karakter yang baik, dan wawasan yang luas.

Mengapa Kaderisasi Bulu Tangkis Indonesia Lemah?

Beberapa faktor yang menyebabkan lemahnya sistem kaderisasi bulu tangkis Indonesia antara lain:

  • Kurangnya deteksi bakat dini: Pencarian bakat seringkali dilakukan secara sporadis dan tidak sistematis. Minimnya kompetisi tingkat daerah dan nasional untuk kelompok usia dini membuat bakat-bakat muda sulit terdeteksi.
  • Program latihan yang tidak terstandarisasi: Program latihan yang diberikan kepada atlet muda seringkali tidak seragam dan tidak sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan teknik mereka. Akibatnya, potensi atlet tidak berkembang secara optimal.
  • Kurangnya kompetisi: Frekuensi turnamen untuk atlet muda masih sangat terbatas, sehingga mereka kurang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuan dan mengukur sejauh mana perkembangan mereka.
  • Masalah finansial: Banyak atlet muda yang berasal dari keluarga kurang mampu kesulitan untuk membiayai pembinaan mereka. Akibatnya, mereka terpaksa berhenti berlatih dan mengejar mimpi menjadi atlet profesional.
  • Kurangnya perhatian terhadap aspek mental: Pembinaan mental atlet seringkali kurang diperhatikan. Padahal, mental yang kuat sangat penting untuk menghadapi tekanan kompetisi dan mengatasi kegagalan.
  • Kurangnya integrasi antara sekolah, klub, dan PBSI: Kurangnya koordinasi antara sekolah, klub, dan PBSI dalam pembinaan atlet menyebabkan pembinaan menjadi terfragmentasi dan tidak efektif.

Perbandingan dengan Negara Lain

Jika kita bandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, China, dan Korea Selatan, sistem kaderisasi bulu tangkis mereka jauh lebih maju. Negara-negara tersebut memiliki sistem pembinaan yang terstruktur, dengan program latihan yang intensif dan kompetisi yang teratur. Selain itu, mereka juga memberikan perhatian yang besar pada aspek mental dan fisik atlet. Misalnya, di Jepang, pembinaan atlet dimulai sejak usia sangat dini dan melibatkan seluruh komponen masyarakat, termasuk sekolah, klub, dan pemerintah.

Solusi untuk Memperbaiki Sistem Kaderisasi

Untuk memperbaiki sistem kaderisasi bulu tangkis Indonesia, beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain:

  • Membangun pusat pelatihan nasional yang terintegrasi: Pusat pelatihan ini harus dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap, seperti lapangan latihan, gym, ruang recovery, dan asrama.
  • Menerapkan sistem pembinaan bertingkat: Pembinaan dilakukan secara bertahap, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut, dengan kurikulum yang jelas dan terukur.
  • Meningkatkan kualitas pelatih: Melalui program sertifikasi dan pelatihan berkelanjutan, sehingga pelatih memiliki kompetensi yang memadai untuk membina atlet.
  • Memberikan beasiswa bagi atlet berprestasi: Untuk membantu atlet muda dari keluarga kurang mampu agar bisa melanjutkan pembinaan mereka.
  • Meningkatkan kerjasama dengan sekolah dan klub: Melalui program pembinaan bersama, sehingga bakat-bakat muda dapat terdeteksi sejak dini dan diberikan pembinaan yang tepat.
  • Membuat kompetisi yang lebih banyak dan berkualitas: Baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk memberikan kesempatan bagi atlet muda untuk mengasah kemampuan dan mengukur sejauh mana perkembangan mereka.
  • Memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek mental: Melalui program pelatihan mental yang intensif, seperti meditasi, visualisasi, dan manajemen stres.
  • Membangun jaringan kerjasama dengan negara-negara lain: Untuk belajar dari pengalaman negara-negara lain yang sukses dalam pembinaan atlet bulu tangkis.

Kesimpulan

Lemahnya sistem kaderisasi merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan prestasi bulu tangkis Indonesia menurun. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari semua pihak, termasuk pemerintah, PBSI, pelatih, atlet, dan masyarakat. Dengan memperbaiki sistem kaderisasi, kita bisa melahirkan generasi baru pebulu tangkis Indonesia yang berprestasi dan mengharumkan nama bangsa.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun