ekonomi antara negara-negara di kawasan ASEAN menjadi semakin penting. Salah satu faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan integratif di ASEAN adalah konektivitas sistem pembayaran yang efisien dan mudah diakses antara negara-negara anggotanya. Dalam artikel ini, penulis akan coba membahas mengenai pentingnya konektivitas sistem pembayaran dalam mencapai tujuan tersebut.
Pada era globalisasi ini, kerjasamaASEAN, yang merupakan singkatan dari Association of Southeast Asian Nations, terdiri dari 10 negara anggota, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Brunei, Kamboja, Laos, dan Myanmar.Â
Nah, di tahun 2023 ini, untuk pertama kalinya, Indonesia dipercaya menjadi ketua ASEAN. Dalam beberapa dekade terakhir ini, Indonesia dan bersama seluruh peserta ASEAN telah melakukan upaya besar-besaran untuk memperkuat integrasi ekonomi melalui berbagai inisiatif, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Rencana Konektivitas ASEAN.
Tantangan yang Dihadapi
Salah satu halangan yang masih dihadapi dalam upaya mencapai integrasi ekonomi yang lebih kuat di ASEAN adalah perbedaan sistem pembayaran antara negara-negara anggotanya.
Setiap negara memiliki mata uang dan sistem pembayaran yang berbeda-beda, sehingga memperlambat aliran perdagangan dan investasi di kawasan ini. Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi Indonesia untuk turut andil meningkatkan konektivitas sistem pembayaran di kawasan ASEAN.
Dalam konteks ini, integrasi sistem pembayaran ASEAN dapat menjadi solusi yang efektif. Integrasi ini akan mencakup harmonisasi peraturan dan standar pembayaran antara negara-negara anggota, pengembangan infrastruktur pembayaran yang modern dan canggih, serta penggunaan teknologi digital untuk memfasilitasi transaksi lintas batas.Â
Dengan kata lain, tujuan akhirnya adalah menciptakan satu sistem pembayaran yang terhubung di seluruh ASEAN, di mana perdagangan dan investasi dapat dilakukan dengan mudah dan efisien.
Salah satu langkah awal yang sebelumnya telah coba diambil adalah meluncurkan inisiatif Konektivitas Keuangan ASEAN pada tahun 2019 yang lalu. Inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat integrasi sistem pembayaran di antara negara-negara ASEAN. Upaya ini melibatkan penguatan infrastruktur teknologi informasi, pengembangan platform pembayaran elektronik, serta peningkatan aksesibilitas bagi masyarakat dan pelaku usaha. Namun semuanya itu masih dalam tahap pengembangan.
Selain itu, ASEAN juga perlu mengatasi masalah keamanan dan privasi dalam sistem pembayaran. Dalam mengintegrasikan sistem pembayaran, penting untuk memastikan bahwa infrastruktur yang digunakan aman dan melindungi data pribadi pengguna. Keamanan sistem pembayaran juga harus mempertimbangkan ancaman kejahatan siber, seperti pencurian identitas dan penipuan.
Pemanfaatan Teknologi Keuangan Digital
Kemajuan teknologi digital juga dapat dimanfaatkan untuk memperkuat konektivitas sistem pembayaran di ASEAN. Misalnya, penggunaan teknologi blockchain dapat meningkatkan kemampuan keamanan dan transparansi sistem pembayaran. Teknologi ini dapat memfasilitasi transaksi lintas batas dengan cepat, efisien, dan aman, serta mengurangi biaya dan risiko yang terkait dengan transaksi keuangan.
Selain itu, penggunaan dompet digital atau e-wallet juga dapat menjadi langkah maju dalam mewujudkan konektivitas sistem pembayaran di ASEAN. Dengan menggunakan e-wallet, individu dan bisnis dapat melakukan transaksi dengan mudah dan cepat, baik dalam negeri maupun lintas batas. E-wallet juga dapat memfasilitasi pembayaran nontunai, mengurangi ketergantungan pada uang tunai, dan meningkatkan efisiensi dalam sistem pembayaran.
Integrasi sistem pembayaran di ASEAN juga dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Dengan adanya konektivitas yang lebih baik, perdagangan antara negara-negara anggota dapat meningkat secara substansial. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh kawasan.
Tanggung Jawab Bank Indonesia
Bank Indonesia akan bertanggung jawab penuh dalam Konektivitas sistem pembayaran ini. Konektivitas sistem pembayaran yang baik tentunya akan mendorong investasi asing langsung (FDI) di ASEAN. Investasi asing cenderung lebih besar ketika ada kepastian dan kenyamanan dalam melakukan transaksi keuangan di suatu negara. Dengan sistem pembayaran yang terintegrasi, investor akan merasa lebih percaya diri dan mendorong arus masuk investasi ke ASEAN.
Namun, perlu diingat bahwa Bank Indonesia dalam mencapai konektivitas sistem pembayaran yang lebih integratif di ASEAN bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan kerjasama yang erat antara negara-negara anggota, lembaga keuangan tiap negara, dan sektor swastanya. Selain itu, tantangan teknis, seperti kompatibilitas sistem dan infrastruktur yang berbeda, juga harus diatasi.
Untuk mewujudkan visi ini, ASEAN harus melakukan langkah-langkah konkret. Peningkatan kerjasama di bidang keuangan dan pembayaran telah menjadi prioritas dalam agenda ASEAN. Pertemuan tingkat tinggi, forum diskusi, dan inisiatif regional harus diadakan untuk mempercepat integrasi sistem pembayaran di antara negara-negara anggota.
Kesimpulan
Konektivitas sistem pembayaran yang lebih baik adalah kunci untuk mencapai ekonomi ASEAN yang lebih integratif. Dengan meningkatkan integrasi ini, perdagangan dan investasi di ASEAN dapat meningkat secara signifikan, mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Namun, untuk mencapai tujuan ini, Bank Indonesia butuh kerjasama antara negara-negara anggota dan upaya bersama dalam mengatasi tantangan teknis dan keamanan. Dengan terwujudnya konektivitas sistem pembayaran yang kuat di ASEAN, kawasan ini dapat menjadi kekuatan ekonomi global yang lebih besar di masa depan. (*)
Tiyarman Gulo, 11 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H