Mohon tunggu...
Tiya Maulida Radam
Tiya Maulida Radam Mohon Tunggu... -

mahasiswi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM). staf redaksi LPM Kinday UNLAM. penulis -pemula-

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pulang Kampung

4 Agustus 2011   04:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:06 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mom, I’m hooooome...”
“Waluh!” semprot Kak Yasir.

P U L A N G K A M P U N G. Yess! Akhirnya bisa pulkam setelah tertahan satu bulan dibanding kawan-kawan lain gara-gara ada tugas ke Surabaya. Thanks to akak Yasir yang sudah mau bertandang, haha waluh!
But wait, ada – banyak – yang beda saat pulang kali ini. Kotaku, suasananya, bahkan rumah terlihat beda. Check these points:
1.    Rumah
Pertama masuk halaman, memang terasa sangat beda. Disamping buru-buru disemprot Kak Yasir karena ungah-nya sampai rumah, ada something yang membuat rumah yang sudah saya tempati sejak tahun 2000 itu terlihat berbeda. Yah, rambutanku!!! Rambutanku rambutnya dipangkas, pantas teras rumah terasa lebih bercahaya. Huaaa, tapi rambutanku jadi agak longor-longor gitu kepalanya. Ngek!

Masuk rumah, beda lagi. Biasanya berantakan, ini agak rapi. Ah, baru sadar adik-adikku sudah mulai gede sekarang. Dulu kalo main-main pasti berantakin rumah, haha.

Masuk kamar, terasa asing. Masa ada 3 poster gede mukanya Justin Bieber? Mana Sheila On 7-ku? Ini sih kerjaannya Ninda yang menjadi penguasa kamar setelah saya nge-kost di kota lain. Ya elaaaah dasar abege!
2.    Kota
Meski jalan dan tata kotanya tetap sama, ada beberapa perubahan di kota saya yang sempat membuat saya semaput!

Pertama, pempek langganan saya menghilang. Ya tentu saja saya shock mengingat semasa SMA saya sering beli pempek di sana. Sebagai gantinya, daripada saya gak makan pempek selama sebulan di kampung ini, saya belilah pempek kecil-kecilan di depan SMA.

Kedua, warnet yang biasa saya datangi juga hilang! Berganti oleh sesuatu semacam warung makan. Ini kenapa semuanya serba hilang ya? Padahal kalau lagi di kampung saya butuh banget yang namanya warnet, mengingat modem saya gak terlalu bekerja maksimal karena jaringan di tempat saya belum canggih.

Ketiga, bubur ayam ‘fajar’ di dekat SMA saya juga gak kelihatan batang hidungnya beberapa hari ini. Apakah sedang ada larangan berjualan bubur ayam di perda yang baru? Oke, saya ngawur.

Keempat, radio tertua (?) di kota saya sudah ganti nama alias batasmiah ujar urang banjar. Jadi ceritanya sore itu saya sama Ninda jalan-jalan keliling kota. Lewatlah saya di depan kantor radio yang dulu namanya Radio Swara Barabai 104,5 FM. Jaman SMP saya dan kawans suka request lagu di radio itu, rame-ramean pakai nama samaran tokoh di Harry Potter, saya sebagai Ginny tentunya. Hahaha nostalgia. Eh tapi pas saya lewat kok ada yang aneh ya? Papan nama di depan kantor agak beda gitu. Saya mikir sambil nyetir motor. Sudah sampai di perempatan Tangkarau, sekitar 500 meter dari kantor radionya, saya mutar balik saking penasarannya. Saya pelototin deh papan nama bertuliskan Radio Nirwana Barabai 104,5 FM sampai bapak-bapak di depan kantor bengong liat saya. Hedeh.

Tapi syukurlah beberapa tempat langganan saya masih bertahan seperti ‘pencok paman topi putih’ di taman kota, ‘timbul’ dan nasi goreng pujasera. Hufh.
3.    Suasana dan lain-lain.
Kali ini saya merasa lebih berani kemana-mana sendirian. Entah karena kerasnya kota Banjarmasin sudah menempa saya jadi pribadi yang berbeda, atau mungkin sekian hari menginap di lingkungan prostitusi (JANGAN KAGET! TUNGGU TULISAN SAYA SELANJUTNYA TENTANG INI) juga menyumbang sedikit keberanian pada saya. Dulu saya gak terlalu berani kemana-mana sendirian, takut ini lah takut itu lah. Sekarang berkelana ke setiap sudut manapun di kota saya, rasanya kayak muter-muter di dalam rumah aja. Hihi.

Oh ya, saya sempat disuit-suitin sama anak SMP pas pulang dari nganter Ninda ke sekolah. Ya elaaaah abege sekarang (berasa tua haha). Ini saya yang emang masih imut-imut atau sekarang sedang sindrom brondong ala Raffi Ahmad? Iya, saya sempet dipanggil adik juga sama anak cowok yang menurut prediksi saya sekitar 4 tahun di bawah saya. Dalam hati saya bilang ‘Helloooow, elloow gak tahu apaaah siapaaah guweh? Guweh lebih tua dari ellow kaleeee’ (itu versi alay-nya).

Sekian. Haha ini tulisan paling ngawur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun