Mohon tunggu...
Sofah D. Aristiawan
Sofah D. Aristiawan Mohon Tunggu... Penulis - Sofah D. Aristiawan

Pengagum Demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cukup Jadi Sebuah Catatan Kaki

5 April 2023   13:38 Diperbarui: 5 April 2023   13:51 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Raden Mas Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, juru tulis yang pernah bekerja untuk Hindia Belanda, mengikuti jejak ayah serta kakeknya yang seorang bupati, memulai empati itu dengan mengajukan pertanyaan tabu di zaman itu: "Mengapa di luar keluarga para priayi, di desa-desa itu petani bernasib miskin, demikian melarat, tak berdaya, lantas harus menyetor pula ke Belanda?" Sesuatu yang harus disetop dan apa itu keadilan sosial mesti tegak di bumi pertiwi dengan segera.

Melihat fakta itu, tanpa sama sekali menurunkan rasa hormat atas perjuangan dan sumbangsihnya untuk bangsa dan negara, mereka yang priayi itu, bisa saya katakan dalam istilah Ron Daniels di atas ialah "pelari yang memulai perlombaan cuma beberapa meter dari garis finis" bila dibandingkan saya dan berjuta anak bangsa lainnya untuk berbuat lebih. Sebab sekali lagi, saya tak bisa naif atas apa yang telah ajek: keadaan sudah ada sebelum kita ada, termasuk dari mana kita berasal.

Kesetaraan kesempatan itu nyatanya sebatas retorika negara. Betullah bahwa sejarah itu garapan kaum elite. Sedang "pelari yang lain" nampaknya tak mampu membuat sejarah, bahkan sejarahnya sendiri. Tak akan ada apa yang diinginkan Chairil Anwar di tahun 1946: "Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat." 

Karena dalam Kitab Besar Sejarah Indonesia, mereka yang dicatat adalah mereka yang bagi Pramoedya Ananta Toer: "Miliki aksesibilitas ke penulisan sejarah Istana." Bukan mereka yang bukan siapa-siapa: mereka yang sekadar memastikan hidupnya tak akan jadi beban orang lain, apalagi beban negara. Tetapi saya kira, justru dengan ada di posisi itu, kita sudah cukup menjadi seorang pahlawan...

Pada akhirnya, berhentilah menggerutu serta berkecil hati atas keadaanmu, damaikan dalam hatimu, dan jadilah hebat dalam porsi kita masing-masing. Sungguhpun perlu, saya kira, cukuplah jadi sebuah catatan kaki di tepi bawah halaman Ensiklopedia Sejarah Indonesia. 

Mungkin jarang dilirik, namun jadi penting justru karena fungsinya: memberi penerangan lebih bagi orang-orang yang memang membutuhkannya. Seperti kita pada orang-orang yang kita sayangi, orang-orang yang ada di sekelilingmu, orang-orang yang juga bagian dari bangsa Indonesia. Hebatnya lagi, kamu datang bukan dari kemapanan, bukan pula seseorang yang diwarisi reputasi dan nama besar. Ingatlah selalu, harapan adalah satu-satunya energi yang buat kuda-kuda kakimu jadi tangguh, yang tentu bermula dari keharusan sikap yang tak melulu mengeluh pada batas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun