Dengan banyaknya isu-isu global yang marak terjadi di negara saat ini, UPH turut berpartisipasi untuk mewujudkan perdamaian dunia dengan cara mengedukasi para siswa sejak dini. Hal ini diwujudkan melalui acara yang diadakan oleh program studi Hubungan Internasional UPH pada tanggal 27 April 2017 di MYC Kampus UPH LIPPO Village.
Acara ini sendiri terdiri dari dua bagian, yakni sesi pameran dan workshop. Dalam sesi pameran, sebanyak 40 mahasiswa tingkat akhir Program studi Hubungan Internasional mengenalkan kepada para pengunjung melalui karya-karya tugas akhir berbagai display yang menarik. Para kelompok tugas akhir terbagi menjadi beberapa grup yang masing-masing membawakan topik-topik khusus mengenai isu global yang ada di dunia khususnya di Indonesia, yakni Interfaith Dialogue, Migrant Workers, LGBT, AEC, say no to terrorism, climate change, poverty eradication, money laundering, drug trafficking, dan renewable energy.
Sedangkan pada sesi yang kedua yaitu workshop, para siswa mendapat sebuah permainan interaktif edukatif dimana mereka dilatih untuk mengelola persoalan-persoalan yang biasanya ada agar kelak tidak pecah menjadi konflik yang mengancam perdamaian. Masing-masing grup mendapat sebuah studi kasus kemudian di akhir sesi mereka diminta untuk memberikan solusi pada persoalan yang ada.
Dr. Edwin Tambunan, S.IP., M.Si. menjelaskan bahwa lokakarya ini bertujuan tidak hanya mengajak peserta untuk sekedar tau, namun untuk mengerti bagaimana caranya mengelola persoalan supaya kelak tidak pecah menjadi konflik yang membahayakan perdamaian dunia.
"Para siswa yang masih bersekolah merupakan calon pemimpin baik di tingkat lokal, nasional, regional dan bahkan global. Jadi apabila para siswa sejak dini dibekali wawasan kemajemukan dan perdamaian, mereka akan mampu mengelola perbedaan, mampu mengelola konflik lebih baik, menjadikan konflik itu bukan sebagai masalah, namun menjadi pendorong perubahan. Menjadikan sebuah generasi pemimpin yang tidak hanya sadar akan konflik namun tahu cara bagaimana mengatasi konflik itu dan bisa menggunakan konflik itu sebagai kekuatan untuk mendorong dunia menjadi dunia yang lebih damai," tandas Edwin.
Sebab lanjut Edwin, kedamaian dapat tercapai tidak hanya dari golongan atau kelompok, atau posisi tertentu namun melibatkan keseluruhan berbagai pihak dan harus dimulai dari diri sendiri.
Setelah mendapat wawasan melalui pameran, sebanyak 52 siswa kelas 11 dari berbagai SMA, di antaranya dari SMAN 60, SMAN 82, UPHC, Sekolah Dian Harapan, SMA PSKD Depok, SMA Atisa, dan UPH College dibagi menjadi dua untuk mengikuti workshop.
Workshop yang diadakan sangat beragam, pada permainan pertama mereka diminta untuk melihat perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing anggota grup, setelah itu mereka akan dikelompokkan berdasarkan perbedaan yang ada. Di workshop berikutnya para peserta mendapat sebuah studi kasus dimana mereka secara berpasangan berperan sebagai seseorang yang memiliki konflik internal di dalam sebuah pencapaian bersama. Mereka diminta untuk menghadirkan solusi yang dinilai paling ideal beserta alasan yang mendasarinya. Permasalahan pun cukup beragam, dari isu sederhana sampai kompleks yang melibatkan berbagai pihak.
Merespons kegiatan ini, Elyzabeth B. Nasution sebagai ketua prodi berharap para siswa selain mendapat pembekalan mengenai berbagai isu global yang ada di dunia, menjadi semakin tertarik dan tertantang untuk mau lebih mendalami dan untuk menjadi lebih ahli di bidang tersebut, salah satunya dengan cara terjun ke program studi Hubungan Internasional. (tm)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H