Mohon tunggu...
Titus Jaya
Titus Jaya Mohon Tunggu... Petani - penulis sejati

jepara, kota ukir

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Di Mana Sarjana Pertanian?

10 November 2018   20:55 Diperbarui: 10 November 2018   21:10 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(muslimcendekiamadani.com)

Berbicara soal pangan di Indonesia tidak  bisa terlepas jauh dari kondisi pertanian  di Indonesia . Bagaimana bisa indonesia yang memiliki luas lahan 7,75 juta hektar (  Badan Pusat Statistik 2013) masih kewalahan menghadapi krisis pangan.  Dimanakah peran mahasiswa pertanian menghadapi persoalan ini?

Pertanyaan seperti ini akhir-akhir ini menjadi topik besar dalam banyak diskusi dari berbagai kalangan baik swasta, pengambil kebijakan mau pun masyarakat sipil. Pasalnya sangat jelas bahwa tingkat import bahan pangan yang tinggi, minimnya lahan produksi pangan, dan rendahnya minat beli masyarakat terhadap barang lokal adalah masalah utama  krisis pangan.

Sebagai contoh saja Produksi kedelai pada 2012 bahkan diperkirakan turun drastis ketimbang 2010 dari 907.300 ton menjadi 779.800 ton. Jumlah sebanyak itu terlampau sedikit untuk mencukupi kebutuhan 2,2 juta ton per tahun.

Penurunan produksi tersebut disinyalir karena harga benih dan pupuk yang terus menerus mengalami peningkatan sehingga angka keuntungan yang diterima petani kedelai tidak sepadan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Akibatnya banyak petani kedelai yang berhenti menanam kedelai di lahannya.  Hal ini semakin membuat pangan di Indonesia semakin terpuruk .

Hal lain yang juga mendasari meningkatnya  impor kedelai adalah  kebijakan pemerintah mengenai perdagangan pangan yang tidak pro-rakyat . buktinya ketika produksi pangan menurun (kedelai,beras) pemerintah justru memilih membuat kebijakan import daripada mengupayakan peningkatan jumlah produksi dalam negri.

Khususnya beras pemerintah memlalui kementrian keuangan mengeluarkan peraturan mentri keuangan no. 241 tahun 2010 tentang import beras . dengan adanya kebijakan ini pemerintah membebaskan bea  import beras . kebijakan ini juga serupa dengan impor kedelai yang bebas akan bea sehingga  sangat merugikan petani kedelai.

Disinilah peran sarjana pertanian dipertanyakan! Kenapa sarjana pertanian hanya bisa diam melihat kondisi seperti ini . Pembangunan pertanian itu pada dasarnya adalah pembangunan manusianya, bukan hanya sekedar menutup kekurangan. kondisi sekarang pembangunan pertanian khususnya pangan di Indonesia terkendala pada kondisi sumber daya manusia yang mau bergerak dan mencintai pertanian lagi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sarjana pertanian yang menghilang dari dunia pertanian, salah satu statement mengatakan bahwa di bangku perkuliahan banyak calon calon sarjana pertanian yang hanya dididik menjadi pekerja bukan menjadi pencipta ( moderenisasi pertanian). Jadi siapa yang dipertanyakan sekarang  sarjana pertanian ataukah fakultas pertanian yang ada di Indonesia?

semakin berkurangnya minat generasi muda untuk turun kedunia pertanian menyadarkan kita bahwa modernisasi pertanian  merupakan solusi  menumbuhkan minat generasi muda kembali kepada dunia pertanian, tentunya pertanian juga harus bisa mengikuti trend atau perkembangan dunia pertanian di negara-negara maju.

Daftar pustaka

http://www.pertanian.go.id/file/Statistik_Lahan_Pertanian_2013.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun