Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang melibatkan pengabdian kepada masyarakat. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG), sebagai salah satu institusi pendidikan terkemuka di Jawa Timur.UNTAG Surabaya secara konsisten mengirimkan mahasiswanya untuk berpartisipasi dalam kegiatan KKN di berbagai daerah setiap tahunnya. Tahun ini, mahasiswa KKN UNTAG Surabaya berkesempatan untuk melakukan pengabdian masyarakat  di 3 kelurahan di Kota Surabaya , yaitu Kelurahan Medokan Semampir Kec. Sukolilo, Kelurahan Gading Kec. Tambaksari, Kelurahan Wonorejo Kec. Rungkut dengan tema "PENERAPAN INOVASI DAN TEKNOLOGI GUNA MENDUKUNG PENCAPAIAN SDGs DESA". Melalui program ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan ekonomi desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Masalah pengelolaan sampah telah menjadi isu global yang semakin mendesak, terutama di kota-kota besar dengan populasi yang terus berkembang. Sampah organik, yang terdiri dari sisa-sisa makanan, daun, ranting, dan limbah alami lainnya, menyumbang proporsi besar dari total sampah yang dihasilkan. Pengelolaan sampah organik yang tidak efektif dapat menambah beban tempat pembuangan akhir (TPA) dan menyebabkan masalah lingkungan, seperti pencemaran tanah dan air, serta emisi gas rumah kaca, seperti metana.Â
Namun, sampah organik memiliki potensi besar untuk didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat, salah satunya adalah pupuk kompos. Pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos tidak hanya dapat mengurangi volume sampah yang terbuang, tetapi juga memberikan manfaat ganda bagi lingkungan dan pertanian.Â
Proses komposting mengubah bahan organik yang mudah terurai menjadi pupuk yang kaya akan unsur hara, yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan mendukung keberlanjutan pertanian. Pembuatan pupuk kompos dari sampah organik melibatkan proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme dalam kondisi yang terkontrol. Proses ini bisa dilakukan secara sederhana di rumah tangga maupun dalam skala besar di fasilitas pengelolaan sampah. Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai alat dan bahan apa saja yang diperlukan untuk pembuatan pupuk kompos dan Langkah-langkah pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.
Dalam rangka penerapan pengabdian masyarakat, mahasiswa KKN UNTAG Surabaya tepat nya dikelurahan Medokan Semampir RW 01 yang dilaksanakan di balai RT 04 oleh Sub kelompok 1 dengan anggota Titus Gustiagung Grace Widya Arta, Krisnawati, Evita Agustin Novela, Dinda Yunita N.P dibawah bimbingan dosen pendamping Dr. Merline Eva Lyanthi, SH.,M.Kn berinisiatif untuk mendampingi dalam hal sosialisasi dan praktek untuk membuat pupuk kompos dari sampah organik. pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 di RT04 RW01 Medokan Semampir dilatar belakangi oleh warga yang mempunyai kebiasaan menanam bunga dan tanaman di sekitar rumah, tetapi masih menghadapi kendala dalam pemenuhan pupuk kompos, kondisi lingkungan yang terdapat beberapa tanaman tidak terawat dan kering. Oleh karena itu, program KKN yang diberikan yaitu penyuluhan untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan tentang teknik pengelolaan dan pengolahan sampah organik. Penyampaian materi tentang pengolahan sampah organik diberikan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 ke warga RT04 RW01 Medokan Semampir. Pada sosialisasi ini dijelaskan tinjauan umum tentang sampah organik, dan tahapan pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos. Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk kompos juga disampaikan pada kegiatan sosialisasi ini.Â
Penyampaian sosialisasi teknik pengolahan sampah organik dilakukan dengan pelatihan secara langsung membuat pupuk kompos menggunakan komposter oleh peserta dan pendamping. partisipasi peserta yang hadir pada sosialisasi dan pelatihan pembuatan pupuk kompos mencapai 95%. Hal ini sesuai dengan target jumlah peserta yang direncanakan dengan peserta yang hadir dalam kegiatan yaitu 15 orang. Dari pelatihan kompos ini, peserta sudah memahami bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan serta tahapan dan cara kerja membuat pupuk kompos dalam komposter. Capaian pelatihan belum mencapai 100% karena pada pelatihan tersebut, hasil pupuk belum bisa dilihat secara langsung dan harus menunggu 1 minggu. Hal ini menjadi kesulitan bagi peserta untuk memastikan waktu panen pupuk.Â
Program kerja ini dapat dikatakan telah mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kepada masyarakat terutama warga RT04 RW01 Medokan Semampir untuk mengolah sampah organik menjadi produk baru yang bermanfaat dan dapat meningkatkan nilai jual. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H