Jakarta memiliki beberapa ikon berupa patung yang indah dan filosofinya. Jika kita menuju Museum Nasional dan melewati Jalan Muhammad Thamrin, di ujung utara akan kita temukan patung kuda berwarna hijau dengan air mancur di depannya. Patung berseni yang terbuat dari tembaga ini memiliki nama Patung Arjuna Wiwaha atau Arjuna Wijaya. Tak sedikit pula yang menyebutnya Patung Kuda.
Dibuat oleh I Nyoman Nuarta yang dikenal juga dengan karyanya yaitu Patung Garuda Wisnu Kencana, latar belakang dibangunnya patung ini pada tahun 1987 adalah kunjungan Presiden Soeharto ke Turki di tahun yang sama, dimana beliau melihat banyak patung di Turki yang menggambarkan cerita negara tersebut. Sedangkan beliau melihat bahwa Indonesia tidak memiliki patung yang menceritakan Indonesia.
Namun sebenarnya apakah Arjuna Wijaya itu? Arjuna Wijaya memiliki arti Kemenangan Arjuna. Hal ini dilatarbelakangi dari kisah Bharatayudha dimana Arjuna berperang melawan adiknya sendiri, Adipati Karna yang berada di pihak Kurawa. Demi memperjuangkan kepentingan orang banyak, Arjuna yang sempat ragu akhirnya mengesampingkan ego pribadi dan melawan Adipati Karna.
Patung Arjuna menggambarkan Arjuna yang mengenggam busur panah dan Batara Kresna yang menaiki kereta perang berkepala garuda dan menjadi sais ditarik oleh 8 ekor kuda dengan bayangannya. Seringkali orang tak dapat menebak dengan benar jumlah kuda ini karena bayangan kuda yang ikut terhitung. Delapan kuda yang menarik kereta perang adalah gambaran Asta Brata, yaitu 8 sifat kepemimpinan. Sifat kepemimpinan tersebut adalah bumi, matahari, api, bintang, samudra, angin, hujan dan bulan. Bumi artinya pemimpin harus memiliki sikap teguh, matahari menggambarkan bahwa pemimpin harus menjadi sumber energi, memberikan semangat dan kehidupan bagi rakyat. Api berarti pemimpin harus tegas dalam prinsip dan menegakkan keadilan tanpa pandang bulu. Bintang menggambarkan pemimpin yang menjadi tauladan. Samudra, pemimpin harus memiliki wawasan luas. Angin berarti pemimpin yang dekat dengan rakyatnya tanpa membeda-bedakan. Hujan, pemimpin harus mampu memberikan kemakmuran bagi rakyatnya. Dan bulan menggambarkan pemimpin harus bisa memberikan penerangan dan membimbing rakyatnya.
Patung ini direnovasi pada tahun 2014 dengan biaya miliaran rupiah dengan bantuan CSR Bank OCBC NISP dan diresmikan 2015 oleh Gubernur DKI Jakarta ketika itu, Basuki Tjahja Purnama. Kini, patung ini menjadi salah satu ikon kebanggaan kota Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H