Mohon tunggu...
Titry Frilyani
Titry Frilyani Mohon Tunggu... Bankir - travel enthusiast

Pegawai swasta, pecinta jalan-jalan yang senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Santa Maria de Fatima, Gereja Berarsitektur Tionghoa di Jakarta

24 November 2022   20:49 Diperbarui: 24 November 2022   20:59 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relif Gua Maria (Dokpri)

Chinatown identik dengan kelenteng karena pada umumnya masyarakat Tionghoa beragama, Budha, Konghucu atauapun Tao. Namun jika kita melewati Jalan Kemenangan III di Glodok, kita bisa menemukan sebuah gereja katolik yang dibangun pada awal abad ke-19, tepat di sebelah bangunan sekolah Ricci.
Dilihat sekilas, kita tak akan mengira jika bangunan tersebut adalah sebuah gereja. Dari penampakannya, bangunan ini benar-benar mirip kelenteng. Arsitektur atap yang melengkung dan ujungnya berbentuk ekor burung walet yang melambangkan kemakmuran bagi masyarakat Tionghoa. 

Terdapat juga dua patung singa di depan gereja yang dalam filosofi Tionghoa diyakini sebagai penjaga. Menara lonceng pun dibuat bernuansa Tionghoa. Di bagian dalam gereja, nuansa Tionghoa tetap mendominasi altar dan juga interior gereja.

Menara lonceng (Dokpri)
Menara lonceng (Dokpri)
Gereja ini pada awalnya didirikan sebagai sekolah, asrama dan juga gereja untuk Cina perantau di kawasan Glodok. Pater Antonius Loew SJ dipilih sebagai kepala paroki sedangkan Pater Leitenbauer dipilih sebagai pengelola sekolah pertama yang dinamakan sekolah Ricci. 

Diambil dari nama imam missionaris Yesuit, Matteo Ricci. Pada tahun 1953, sebidang tanah seluas 1 hektar dari seorang lurah keturunan Tionghoa di masa penjajahan Belanda bermarga Tjioe hingga akhirnya tanah dan bangunan ini resmi milik gereja.

Relif Gua Maria (Dokpri)
Relif Gua Maria (Dokpri)
Di halaman sebelah kiri gereja, terdapat relif Gua Maria  dimana terukir patung Bunda Maria dan tiga anak gembala di Fatima, Portugal. Dari sinilah nama gereja ini berasal. Pada umumnya, Patung Bunda Maria dapat kita temukan di gereja katolik sebagai tempat ziarah. 

Gereja ini memiliki jadwal misa setiap hari, namun khusus di minggu sore, misa dilakukan dengan bahasa Mandarin. Gereja Maria de Fatima saat ini juga memberikan kursus bahasa Mandarin bagi umum mulai dari TK hingga dewasa.


Gereja katolik ini juga memperlihatkan indahnya toleransi dengan umat beragama lainnya. Saat Idul Fitri, halaman depan gereja yang cukup luas menjadi tempat umat Islam untuk melaksanakan shalat. 

Begitu pula sebaiknya, saat Natal umat muslim di sekitar gereja ini memberikan bantuan termasuk menjaga keamanan agar proses ibadah umat katolik berjalan lancar.

Keragaman budaya dan toleransi yang ada disini tentu bisa menjadi contoh daerah-daerah lain di negeri kita tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun