Hitung cepat PILKADA 2024 telah mengabarkan hasil ke permukaan, sebagian daerah strategis yang sering menjadi buah bibir telah menemukan siapa pemenangnya. Kontestasi yang diadakan saat ini menjadi pesta demokrasi terbesar dengan 544 tempat pemilihan, 508 adalah kabupaten/kota dan 36 provinsi. Dari sekian banyak lokasi, setidaknya ada 5 wilayah yang menjadi pintu awal konstelasi politik Indonesia 5 tahun kedepan. DKI Jakarta, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten menjadi 6 titik sentral populasi manusia yang ada di Indonesia.
“Jawa Adalah Kunci”
Pernyataan yang dikeluarkan D.N Aidit ini sempat viral beberapa waktu lalu, bukan suatu hal yang salah pernyataan itu menjadi relateable dan mendapat afirmasi dari masyarakat luas. Populasi pulau jawa mencapai 151,6 juta jiwa. Data ini dilansir dari BPS ( Badan Pusat Statistik ) per September 2024, populasi ini melebihi 50% dari jumlah penduduk se Indonesia yang mencapai 281 juta jiwa. Bukan suatu hal yang janggal dalam hal ini melihat peta kekuatan politik pasca PILKADA 2024 adalah pintu awal konstelasi Pemilu dan PILPRES 2029 mendatang. Hal ini tidak lain didasarkan pada sistem pemilihan yang menganut prinsip one man one vote, sistem ini berdampak adanya perebutan wilayah strategis untuk mengunci kemenangan secara nasional.
Sistem ini mengakibatkan 6 wilayah yang disebutkan tadi menjadi kunci dalam PILPRES di setiap periode. Sebut saja PILPRES 2024, Prabowo-Gibran jelas menguasai Jabar, Jateng, Jatim, Banten dan Sumatera Utara. Berdasar data BPS maka jelas setidaknya pasangan ini telah memperoleh kurang lebih 35% - 40% suara secara nasional. Hal ini akan menjadi dorongan adanya kemunduran sistem demokrasi dengan akibat mengkerdilkan wilayah lain yang basis massanya jelas tidak terlalu banyak. Hal ini akan berakibat semakin besarnya kesenjangan karena fokus masa kampanye dan penggalangan massa massif hanya di 6 wilayah besar tersebut.
Namun, yang menjadi menarik adalah hasil PILKADA 2024 ini menjadi semakin kompleks dan serba mungkin terjadi pecah kongsi. Prediksi “TARUNG BEBAS 2029” yang telah berhembus beberapa waktu kebelakang, didasari pada adanya intensi pecah kongsi antara presiden terpilih dengan wakil presiden. Prabowo sebagai presiden jelas masih memiliki hak maju dan memimpin sebagai presiden satu kali lagi pada saat PILPRES 2029, lain sisi Gibran sebagai wakil presiden dan anak sulung dari Jokowi jelas di indikasi akan didorong menjadi penantang Prabowo di 2029. Maka, hasil PILKADA ini adalah pembacaan awal bagaimana skema menuju tarung bebas ini apakah akan benar terjadi atau ditunda hingga 2034.
Modal Besar Dikantongi Jokowi Menuju 2029
Trah Jokowi yang dijuluki sebagai Raja Jawa ini jelas masih sangat besar pengaruhnya, sang menantu Bobby mulus melenggang menjadi gubernur Sumatera Utara setelah menenggelamkan Edy Rahmayadi. Bobby adalah pemegang trah langsung Jokowi setelah Gibran sebab sang anak bungsu Kaesang Pangarep “Gagal” maju sebagai calon kepala daerah setelah dibenturkan pasca Putusan MK bulan Agustus lalu. Sumatera Utara sebelumnya kami sebutkan adalah satu diantara 6 wilayah dengan populasi penduduk terbesar di Indonesia, maka kemenangan ini menjadi modal besar trah Jokowi mempersiapkan tarung bebas 2029 mendatang.
Jawa Tengah yang sebelumnya selalu diklaim menjadi kendang banteng, ditumbangkan Jokowi dengan jaringan Ahmad Luthfi. Luthfi dan Taj Yasin secara meyakinkan menumbangkan banteng setelah 10 tahun berkuasa di Jawa Tengah, legacy Ganjar Pranowo gagal dilanggengkan Andika dan Hendi setelah tumbang di PILKADA 2024 ini. Keberpihakan Jokowi dalam mendukung pasangan 02 ini disinyalir sebagai kunci utama kemenangan, hal ini dikarenakan seminggu sebelum pencoblosan Andika-Hendi masih dinyatakan mengungguli pasangan 02 ini dalam survey di berbagai lembaga. Namun, pasca dukungan secara vulgar Jokowi dan Prabowo pada pasangan 02 maka dihari pencoblosan banteng tumbang di Jawa Tengah.
Jawa Timur adalah lahan basah yang jelas dimiliki Khofifah dan Emil, petahana ini maju berpasangan untuk yang kedua kalinya. Jawa Timur yang dikenal sebagai lahan basah komoditas politik yang dibuktikan Jokowi pada tahun 2019, kekuatan penggalangan massa berbasis agama menjadi sangat besar termobilisasi di Jawa Timur. Persona dan rekam jejak Risma tidak mampu melawan kekuatan yang sudah terkonsolidasi sejak PILPRES 2019 tersebut. Yang menjadi menarik, akan masih sangat dini mengatakan Jawa Timur menjadi bekal Jokowi. Sebab seperti pernyataan sebelumnya, kekuatan mobilisasi massa didasarkan pada tokoh-tokoh agama yang bisa saja tidak selamanya bersama Jokowi.
Prabowo dan Dasco Bersiap Sejak Hari Ini
Prabowo sebagai ketua partai pemenang jelas menargetkan wilayah-wilayah strategis menjadi miliki Gerindra. Prabowo mengutus Dedi Mulyadi untuk wilayah Jawa Barat, DM menjadi pilihan jitu dan jelas sejak berbulan lalu telah diprediksi menjadi pemenang. Dedi Mulyadi menggungguli secara meyakinkan 3 pasangan calon lain, 60% rakyat Jabar telah mempercayakan kepada Dedi Mulyadi untuk menjadi pemimpin 5 tahun kedepan. Hal ini menjadi modal besar bagi Gerindra, Jabar diketahui memiliki penduduk 50 juta jiwa yang kedepan dapat dikonversi menjadi basis pendukung untuk Pemilu dan PILPRES 2029.
Wilayah lain yang menjadi modal bagi Gerindra dalah Provinsi Banten, lahan basah ini menjadi arena pertarungan antara dinasti lama dan jaringan rising star politik tahun ini. Airin yang merupakan bagian dari dinasti Ratu Atut yang telah berpuluh tahun menguasai Banten kali ini mendapat lawan dari koalisi pemenang PILPRES 2024. Andra Soni adalah orang kepercayaan yang diutus Gerindra melalui Sufmi Dasco, hal ini telah terbukti menumbangkan Airin di PILKADA hari ini dan semakin mempertegas wilayah barat adalah basis yang akan dijaga Prabowo untuk menghadapi kemungkinan tarung bebas 5 tahun kedepan.
PDIP Menolak Abstain Menuju 2029
DKI Jakarta menjadi wilayah yang trah Jokowi dan circle Prabowo Bersatu kuasai daerah mantan ibukota ini. Sayangnya, hasil hitung cepat menyatakan Pram-Doel mendapat 50,07 % yang artinya memungkinkan PILKADA 1 putaran dan mengalahkan koalisi gemuk KIM+. Hal ini akan menjadi semakin menarik, PDIP dan Anies seakan bersinergi menolak ambisi KIM+ menguasai Jakarta untuk menyelesaikan PILPRES 2029 hanya dalam internal jaringan mereka. Imbas dari hal ini adalah semakin terbukanya poros ketiga dalam PILPRES 2029 setelah melihat adanya tren bahwa pemenang PILKADA Jakarta adalah kandidat kuat maju dalam bursa PILPRES selanjutnya. Modal PDIP juga masih besar dengan Bali yang masih solid dikuasai dan konsisten menjadi kendang banteng. Meski PDIP banyak tumbang pada kontestasi gubernur namun masih banyak wilayah kabupaten/kota yang dikuasai PDIP untuk modal 2029 nanti.