Perayaan hari guru dimulai tahun 1984, Soeharto saat itu menetapkan tanggal 25 November sebagai hari guru nasional. 30 tahun sejak saat itu setiap sekolah sekarang membuat acara dan menjadi agenda rutinan. Namun, layaknya kegiatan ceremonial yang selesai tanpa ada nilai dan produk yang semakin menunjukan keberpihakan dunia pendidikan pada guru. Sepotong kue atau tumpeng dirasa cukup membayar beban yang ditanggung setahun kebelakang.
Menjadi menarik sebuah tulisan yang menanyakan dimana keberadaan dan pernayataan sikap praktisi dan mahasiswa pendidikan saat ini. Tampak tidak tau bersikap atau sudah dalam tahap tidak bisa berbicara, terbebani tugas untuk menyusun LKPD dan Modul Ajar hingga dibelenggu dekanat untuk tidak lagi vokal soal isu pendidikan. Ironi tapi itu adalah fakta hari ini, kalau dulu Tan Malaka mengatakan “Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan”. Sayang beribu sayang datuk, kini praktisi tak lagi perhatikan tujuan itu. Beban administrasi setumpuk setiap hari membuat pendidik semakin jauh dalam tujuan pendidikan yang datuk sampaikan itu. Dulu Paulo Freire menuliskan pendidikan adalah sebagai alat pembebasan dalam buku Pendidikan Kaum Tertindas. Semakin lama nampaknya Paulo Freire perlu pertimbangkan untuk membuat buku baru, kini yang ditindas adalah pendidiknya dan bahkan mereka terbius dan tak sadarkan diri dieksploitasi tanpa upah yang sebanding.
Hari buruh para buruh aksi mogok, hari tani para petani aksi sepanjang hari. Kenapa hari guru semua bisu dan malah hanya upacara tanpa perjuangkan haknya yang semakin hilang itu?. Dibayar tak sampai seperlima dari UMR nampak hanya diam, dihakimi untuk tidak mengeluh karena dijamin surga nanti. Jumlah guru saat ini adalah 3,39 juta orang, bayangkan jika ada aksi mogok yang dimobilisasi diseluruh negeri. Akan ada pembodohan massal yang berdampak dan memberitahu penguasa tentang sentralnya peran guru di negeri ini. Dulu eksponen mahasiswa adalah komponen penggerak, kini tak lagi ada sikap kritis melalui perseorangan maupun organisasi mahasiswa terkait isu pendidikan hari ini. Lembaga mahasiswa kian bisu atau memang sudah tidak mampu merespon isu?. Kemunduran itu semakin nampak setelah perhimpunan terbesar tak lagi berani buat kajian hari ini, IMAKIPSI kembali mati suri tak lagi bersikap tentang nasib kawan dan dirinya di dunia kerja nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H