Perhatikan saja dunia hewan, di mana sang ibu mendidik anaknya untuk bisa hidup sedemikian rupa, kemudian melepaskan anaknya dan sang ibu melanjutkan hidupnya sendiri. Â Tak pernah kita lihat ada induk harimau minta makan ke anak-anaknya.
Jika kita merasa tak mampu untuk mendidik anak, sebaiknya menikah saja tanpa harus memiliki anak. Â Menikah dan rajin-rajinlah bekerja, budayakan kebiasaan menabung, sehingga jika tiba saatnya kita tidak produktif, kita akan memiliki dana untuk membiayai hidup tanpa merepotkan siapapun. Â Jika kita merasa sanggup mendidik anak agar menjadi lebih baik dari kita, lahirkanlah anak, dan perlakukan mereka sebagai "titipan Tuhan", dengan memberinya bekal sebaik-baiknya, agar sang Penitip tidak merasa kecewa telah menitipkan anak kepada kita.
Jangan sedikitpun beranggapan, bahwa anak adalah tempat kita bernaung di hari tua, sebab itu namanya investasi, kasihan anak.Â
Kondisi di mana generasi saat ini merasa berat menjalani hidup karena juga harus membantu orang tuanya adalah kondisi yang serius, dan harus dipahami dengan penuh pengertian. Â Sebab maju tidaknya suatu bangsa adalah tergantung dari sejahtera tidaknya rakyatnya pada saat itu. Â Jika penduduk negeri kita harus sibuk untuk menghidupi diri dan orang tuanya, maka anak-anak yang dihasilkan oleh mereka bukan tidak mungkin memiliki kualitas yang kurang baik pula. Â Sementara ancaman globalisasi sudah bukan isapan jempol. Â Persaingan anak-anak kita di kemudian hari, bukan hanya dari dalam negeri saja, melainkan sudah dari seluruh penjuru dunia. Â Jangan sampai, akibat generasi yang kurang berkualitas tadi, sektor-sektor strategis di negara ini dikuasai oleh tenaga kerja asing, dan kesempatan untuk maju dan berkembang hanya dinikmati generasi yang dilahirkan oleh orang-orang kaya saja.
Sebab mohon dengan segala hormat, generasi sandwich yang ada sekarang ini, kebanyakan terlahir dari golongan pekerja, dan celakanya dari golongan menengah ke bawah. Â Jadi, bekerjalah segiat dan sekeras mungkin, agar kita tidak menciptakan generasi merana, hanya karena kita tidak produktif di usia senja dan tak punya uang, namun tak tahu diri ingin berumur panjang.
Tangerang, 28 September 2022
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H