Mohon tunggu...
Tito Prabowo
Tito Prabowo Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis

Profesional IT. Aktif di AIPSE (Association of Indonesian Professionals for Science, Technology and Enterprises)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Baru, Dunia Baru

28 Mei 2010   01:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Learning a new language, gives us more perspectives (paradigms) to see and understand something, that perspective make us wiser, gives us another many resources in that language ->this improves our intelligence. On the other side it also gives us many new friends, and most of them are open-minded, friendly and ready to understand us and be our friend. It means getting in contact with a new culture and social reality." Ya, mempelajari bahasa lain selain bahasa ibu kita akan banyak membawa manfaat positif buat kita, hanya saja, seperti mempelajari hal lainnya, kita sering kekurangan motivasi untuk melakukannya. Dengan tulisan ini, semoga dapat memberikan semangat dan motivasi untuk belajar bahasa asing. "When your heart is in your dreams, no request is too extreme." Menjadikan kita lebih bijak Dalam melihat sesuatu kita memiliki sudut pandang sendiri-sendiri, tergantung dimana posisi kita dan bagaimana kita melihatnya. Semakin banyak perspektif yang kita miliki, maka akan semakin utuh pula bentuk yang kita lihat, semakin banyak informasi yang kita peroleh. Dengan demikian maka semakin baik pula keputusan, sikap atau pilihan yang kita ambil. Dan dengan pilihan yang lebih baik itu kita telah menjadikan diri kita lebih bijak. Ketika kita mempelajari satu bahasa baru, maka kita akan mengenal struktur yang baru, gramatiknya, cara pengucapan yang baru, penekanan-penekanannya dan mengapa demikian. Misalnya, mengapa dalam bahasa Cina, satu kata "ma" dapat memiliki arti yang berbeda hanya karena penekanan dalam pengucapannya saja. Kita akan dapatkan itu semua saat kita mempelajari bahasa baru, yaitu cara pikir, paradigma yang dilihat dari posisi bahasa itu. Di minggu-minggu awal saya di kelas bahasa Cina, hampir selalu semua mahasiswa tertawa lucu saat mendengar rekaman dialog dalam bahasa Cina dan satu-satunya yang tidak tertawa hanya Sang Guru. Hal ini terjadi karena pada mulanya semua belum bisa melihat dari posisi orang Cina. Bersyukurlah, jika Anda dapat melihat dengan lebih dari satu perspektif, karena tidak semua orang dapat melakukannya. Dan pelajarilah bahasa baru, dengan begitu Anda akan selalu bersyukur, karena telah memiliki banyak perspektif dan pemahaman lebih. Menjadikan kita lebih cerdas Tentu seiring dengan bertambahnya ragam bahasa yang kita kuasai, maka akan lebih banyak sumber-sumber, literatur, bacaan maupun audio-visual yang dapat kita cerna dan pahami. Sumber informasi kita menjadi lebih luas. Dengan demikian kita menjadi lebih banyak tahu, lebih cerdas beberapa langkah dari orang kebanyakan. Yang sebelumnya saya hanya bisa membaca dari buku-buku berbahasa Indonesia, Jerman atau Inggris, sekarang saya bisa mulai memahami karya-karya filosofi legendaris dari Cina, saya bisa mulai mengerti tulisan-tulisan Sun Tzu dalam  kitabnya "Art of The War" melalui perspektif yang lebih luas, saya merasa lebih leluasa dalam memahami paradigma-nya seorang  Lao Tzu maupun Confucius. Atau kekaguman teman-teman yang mempelajari teknik mesin di Jerman karena mereka bisa mengetahui banyak sumber informasi langsung dalam bahasa Jerman yang tidak pernah tersedia dalam bahasa Inggris. Sebagaimana Jerman dan Jepang yang memproteksi ilmu mereka dengan bahasa mereka sendiri, saya yakin setiap negeri lain juga memiliki hal yang sama, yakni sesuatu yang diproteksi dengan bahasa asalnya. Memiliki lebih banyak teman Di sisi yang lain kita akan memperoleh banyak teman baru. Saat kita mau membuka diri untuk mempelajari bahasa baru, di saat yang sama kita akan bertemu banyak orang yang juga telah membuka diri mereka. Lepas dari apa motif mereka mau mempelajari bahasa baru, mereka adalah orang-orang yang siap mempelajari hal baru, hal yang berbeda dengan mereka, budaya baru, dunia baru, realitas sosial baru. Bukan hanya sekedar siap dimengerti, melainkan mereka siap untuk mengerti. Dan tentunya mereka siap berteman dengan kita. "They are open-minded, friendly and ready to understand us and be our friend." Rezeki dan kesempatan yang lebih luas Tidak bisa dipungkiri, mereka yang memiliki kemampuan bahasa asing lebih banyak, maka mereka memiliki peluang lebih besar. Mereka memiliki kesempatan lebih luas berkarir di banyak perusahaan asing yang bahasanya mereka kuasai. Atau bagi seorang Entrepreneur juga akan membuat semakin luas peluang dan ekspansi bisnisnya. Dan tidak hanya terbatas pada satu negeri, tapi banyak negeri lain yang bahasanya kita kuasai, kita dapat jelajahi. Dengan bahasa baru, Anda sudah menjadi lebih bijak, lebih cerdas dan memiliki lebih banyak teman (networking), maka yakinlah, bahwa pintu-pintu rezeki pun akan semakin banyak tersedia untuk Anda. Kalau tidak dipakai akan lupa Ya, mungkin kalimat di atas ada benarnya. Tapi bukan berarti kemudian menjadi alasan untuk tidak mempelajari bahasa baru. Lihatlah dari arah (perspektif) yang lain, jangan jadikan hal itu sebagai batu penghalang, melainkan batu loncatan. Hari ini, dimana teknologi adalah keseharian, kita dapat selalu berkomunikasi dengan siapapun di belahan bumi manapun. Jadikan kalimat itu sebagi motivasi untuk terus belajar, berkomunikasi, bersilaturahmi dan bersahabat dengan manusia di belahan bumi yang lain. :) Komunikasi adalah kuncinya Bahasa adalah pintu. Dan untuk memperoleh semua poin positif diatas kita perlu membuka pintu tersebut. Untuk membukanya perlu kemauan dan kunci. Kuncinya adalah komunikasi. Kita tidak akan mungkin bisa menguasai sebuah bahasa kalau kita tidak berkomunikasi. Kita juga tidak akan mungkin memperoleh poin-poin di atas kalau kita tidak berkomunikasi. Bahkan dengan bahasa ibu sendiri pun, tanpa komunikasi kita tidak akan memperoleh nilai yang ada di balik pintu tersebut, hanya akan terisolasi, tertutupnya pintu-pintu. Tuhan menciptakan kita di bumi ini berbeda-beda, tidak lain tujuannya adalah agar kita saling mengenal. Mari kita kenali, jalin tali silaturahmi. Kalau ada kebaikan yang ingin kita tularkan pada lingkungan kita, negeri kita, bumi kita, umat manusia, maka kuncinya adalah komunikasi. Berkomunikasi, connect to a new culture, new world. Bahasa baru, dunia baru!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun