Mohon tunggu...
Tito Tri  Kadafi
Tito Tri Kadafi Mohon Tunggu... Guru - Pendiri Bastra ID (@bastra.id)

Bukan anak gembala, tetapi selalu riang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Semestinya: Kumpulan Praktik Baik Toleransi untuk Diadaptasi

27 Oktober 2022   14:26 Diperbarui: 27 Oktober 2022   14:34 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Vstory

Jauh sebelum komunitas Sabang Merauke menyebarkan 12 Nilai Perdamaian, konsep ini lahir dari Erik Lincoln dan Irfan AmaLee. Dua tokoh yang menginisiasi organisasi Peace Generation tersebut memulai konsep dalam sebuah misi perjalanan panjang. Dalam  websitenya, Irvan AmaLee menjelaskan bahwa Peace Generation di Indonesia bermula dari pertemuan antara Irfan AmaLee dan Eric Lincoln pada tahun 2006 di sebuah kelas Bahasa Inggris, di mana Irfan AmaLee menjadi salah satu murid dari Eric Lincoln di kantor penerbit Mizan.

Eric Lincoln dalam sesi conversation, mengajukan pertanyaan kepada murid tema tentang perpolitikan dunia dan Irfan AmaLee mengemukakan pendapatnya, termasuk masalah konflik, tak disangka keduanya memiliki ketertarikan yang sama. Sejak saat itu, mereka memutuskan bekerja sama menulis buku modul pendidikan perdamaian interaktif pertama di Indonesia. Sejak diterbitkan, Modul 12 Nilai Perdamaian telah diterapkan oleh berbagai organisasi lokal, nasional, mapun interansional seperti UNICEF, World Vision, UNESCO.

Dalam konteks berbangsa, konsep 12 Nilai Perdamaian sangat memungkinkan untuk diamplifikasi. Beberapa bulan lalu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan dalam pengembangan Kurikulum Merdeka. Melansir web Kemdikbud, kurikulum ini dibuat untuk satuan pendidikan sebagai upaya dan langkah mentransformasi pendidikan demi terwujudnya SDM unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Kurikulum ini juga dikenal dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten pembelajaran akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Lebih lanjut dalam struktur Kurikulum Merdeka, pengembangan profil pelajar Pancasila menjadi satu dari tiga komponen utama. Ketiganya adalah kegiatan intrakurikuler (aktivitas belajar di sekolah), kegiatan ekstrakurikuler, dan projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Tiga elemen itu masuk dalam alokasi jam pelajaran sekolah dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Khusus proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila dilaksanakan dengan melatih peserta didik untuk menggali isu terkait lingkungan sekitar dan berkolaborasi memecahkan masalah tersebut.

Dari penjabaran konsep 12 Nilai Perdamaian Irfan AmaLee dan Eric Lincoln serta substansi Kurikulum Merdeka Kemendikbudristek, penulis merekomendasikan tiga hal yakni, (1) perlunya mengintegrasikan 12 Nilai Perdamaian dengan Kurikulum Merdeka menjadi alternatif melawan narasi intoleransi dan ekstremisme di dunia pendidikan, (2) menajamkan substansi budaya luhur Indonesia dalam Kurikulum Merdeka yang diharapkan mampu menjadi kunci keberhasilan implementasinya, serta (3) memunculkan gagasan inovatif terkait pengembangan media, metode, dan bahan ajar berbasis nilai-nilai perdamaian di sekolah. Kelak perdamaian di Indonesia bukan hanya mimpi, tetapi juga perlahan terealisasi.

Tulisan ini merupakan kolaborasi antara Rivani, Tito Tri Kadafi, dan Afra Nabilah dalam kampanye Search for Common Ground

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun