Berupaya untuk mengajak pembaca serupa judulnya, begitulah Berkenalan dengan Puisi, buku karya Suminto A. Sayuti yang memuat pembelajaran dan juga teori-teori berkenaan dengan puisi. Secara umum, buku setebal 404 halaman ini memulai perkenalan puisi dengan menjelaskan hakikat dan batasan-batasan konvensional terhadap karya sastra tersebut. Baginya, pembicaraan terhadap puisi haruslah dimulai dari “dunia puisi” itu sendiri; yaitu dengan mengaitkan antara puisi dan penyair. Berdasarkan sejarah singkat yang digunakannya untuk menjelaskan perjalanan puisi di Indonesia, ia mengungkapkan bahwa sebagai hasil kebudayaan, sifat-sifat puisi selalu berganti-ganti arah seiring perkembangan masanya.
Puisi menurutnya dapat didefinisikan sebagai sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya. Dalam hal ini, puisi disamakan pula pengertiannya sebagai hasil dari pengungkapan rasa sang penyair. Suminto kemudian mendefinisikan penyair dalam prolog sinopsis yang ada di bagian sampul belakang, yaitu sebagai seseorang yang membukakan rahasia kehidupannya kepada orang lain.
Bagian lain yang akan sering kali dijumpai oleh pembaca dalam buku ini, adalah cara Suminto memaparkan batasan puisi, dasar ekspresi, teknik ekspresi, bahasa ekspresi, bunyi dan aspek puitiknya, diksi, citraan, bahasa kias, sarana retorik, wujud visual, dan makna, menggunakan objek puisi Indonesia modern dari masa ke masa. Objek yang dijadikan contoh ini tentunya selaras dengan topik yang dibahas, misal saja ketika membahas mengenai citraan rabaan, Suminto menggunakan puisi Candi karya Sitor Situmorang, yang memuat citraan jenis ini di beberapa bagiannya. Upaya ini memperlihatkan cara penulis buku memperhatikan relevansi pada bagian-bagian buku. Meskipun cara ini juga cukup membosankan, karena analisis pengarang hanya terlihat general, berbasis teori yang sudah ada. Karena hal ini anda mungkin akan melompati beberapa bagian puisi hanya untuk membaca teorinya.
Saya menemukan buku ini pertama kali saat di perpustakaan SMP. Dalam ukuran buku teori, Berkenalan dengan Puisi hadir dengan bahasa yang cenderung sederhana, mudah dipahami, dan familier. Hal ini pula yang menjadikan buku ini banyak direkomendasikan sebagai rujukan ketika mempelajari tentang puisi, di masa SMP dan SMA. Selain banyak direkomendasikan untuk kalangan sekolah menengah, buku karya Suminto ini juga sering dijadikan rujukan relevan untuk mahasiswa, khususnya yang berada di jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Meskipun demikian, buku ini tidak cukup jika dijadikan sumber satu-satunya untuk kajian mendalam, selain tidak ada yang cukup khas dari pengarang, beberapa bagiannya hanya memuat pengertian dan penjelasan di sebatas permukaan. Selain itu, buku ini juga terlalu banyak menyajikan contoh puisi-puisi modern di Indonesia, namun elaborasinya tidak mendalam terhadap satu puisi. alangkah lebih baik jika penulis buku menyajikan elaborasi yang berfokus pada satu bahasan puisi tersebut, sehingga pembaca tidak kehilangan arah.
Saya butuh waktu berbulan-bulan untuk menghabisi buku ini, bukan karena halamannya yang panjang, namun apa yang disajikan Suminto terlihat hanya bertujuan untuk membuat pembaca memahami, tidak membuat pembaca betah berlama-lama dengan buku ini. Tidak ada gambar yang disajikan oleh penulis buku, juga tidak ada pemisah yang mencolok antara puisi dan analisis sang penulis. Bagian ini mungkin dapat dipertimbangkan jika buku ini hendak dicetak ulang.
Secara menyeluruh, tiap bagian dalam buku ini dipaparkan dengan lengkap, namun belum mendalam. Keseluruhan materi disusun terstruktur, mulai dari dasar pengertian, unsur fisik, unsur batin, hingga perkenalan lebih lengkap tentang puisi. Penulis buku tampak juga mengapresiasi puisi karya penyair-penyair modern Indonesia ketika menganalisis. Analisis pengarang sayangnya tidak mencantumkan referensi secara langsung terhadap kutipan/parafrase yang dibuat, sehingga memungkinkan pembaca kehilangan arah bahkan salah ketika hendak memparafrasekan kembali kutipan-kutipan pada buku ini. Referensi ini akan lebih baik jika dapat dicantumkan oleh penulis buku menggunakan teknik bodynote, endnote, ataupun footnote.
Kritik dan saran yang membangun pada akhirnya bukanlah upaya untuk menjatuhkan penulis buku, namun langkah untuk mengapresiasi kerja penulis buku untuk menyajikan bahan literasi yang berguna bagi pendidikan, khususnya dalam ranah kebahasaan dan kesastraan, terlebih jika di kemudian hari buku ini hendak dicetak kembali, tentu akan banyak masyarakat yang mendapat masukan baik dan ilmu baru secara optimal ketika membaca buku ini. Buat anda yang ingin membaca bukunya, silakan dan nikmati. Beri komentar pada ulasan ini ya jika sudah membaca. (@tokads)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H