Saya mulai bekerja ketika saya memulai bangku kuliah di tahun 2010. Ditinggal meninggal seorang bapak, membuat saya harus bisa survive sejak masih kuliah.
Bagi saya, selama itu berbau cuan, halal dan saya mampu mengerjakan, saya tidak akan menolak. Itu sebabnya, saya sudah menjalani berbagai jenis pekerjaan dengan berbagai intrik di dalamnya.
Sebenarnya saya sendiri berkeinginan untuk tetap tinggal di sebuah instansi yang sangat lama dan memberikan support system yang bagus bagi pekerja kreatif seperti saya.
Layaknya seorang penjelajah yang memiliki tujuan yang dicari, saya juga memiliki hal yang sama. Quest alias pencarian saya itu tidak aneh-aneh, selama ada jenjang karir dan saya bisa berkarya saya akan milih stay.
Gaji itu relatif. Dibandingkan dengan uang, saya lebih memilih waktu. Uang bisa dicari dengan berbagai side job, sedangkan waktu bersama keluarga itu tidak bisa dicari.
Tempat terakhir saya berkarya selama 5 tahun, menjadi tempat tersukses saya selama berkarir. Saya mampu mengantar instansi saya sebagai instansi terbaik tingkat nasional maupun internasional.
Tahun pertama di instansi itu penuh dengan kerja keras. Bahkan, saya sempat terkena sakit tipes karena bekerja tak kenal istirahat. Tentu pada akhirnya, usaha itu membuahkan hasil yang begitu baik.
Dengan semangat sebagai penjelajah, saya menanti ada tempat baru lagi yang menjadi tempat saya berkarir dan berkarya. Saya juga berharap di tempat yang baru itu saya bisa mengantarkannya meraih tempat tertinggi.
Begitu juga di Kompasiana. Di tahun pertama saya masuk sebagai 5 Kompasianer Terpopuler, saya berharap di tahun kedua ini, saya mampu menjadi Kompasianer lebih baik lagi.
Mulai dari sisi kualitas artikel, banyak viewer, semakin populer dan semakin banyak dapat K-Rewards. Hadiah dari K ini memang masih menjadi hal yang seksi di mata saya.
Selama ini, hadiah dari K berapapun jumlahnya selalu saya buat jajan anak dan istri saya. Sedangkan uang jajan saya bisaa ditabung untuk masa depan si kecil.