Secara jujur, selama 2 jam lebih di dalam bioskop memakai masker dan gak lepas masker memang gak enak. Ini dikarenakan masker membuat area mulut dan hidung mengembun.
Tapi tentu itu resiko yang harus saya ambil. Saya memutuskan menonton di bioskop, ruangan tertutup selama 2 jam lebih, tentu sangat rawan di masa pandemi seperti sekarang.
Sebenarnya, gak cuma kangen suara "all around you" saja saat nonton bioskop. Saya kangen makan pop corn sambil nonton film. Ini seakan menjadi starter pack saat nonton film.
Alasan ketiga nonton di bioskop adalah saat ini di Surabaya, tempat tinggal saya, kasus penyebaran virus sudah landai. Ini menjadi alasan lain kenapa saya berani nonton di bioskop.
Meski begitu, penonton di bioskop tidak banyak. Sehingga, saat bagian aksi memukau Shang-Chi melawan Mandarin, tentu tidak seheboh saat nonton film sebelum pandemi.
Tidak riuh penonton saat momen superhero landing dan sebagainya. Suasana cukup senyap dan hening. Penonton yang menonton di jam itu tidak banyak, sekitar 10 orang.
Di satu sisi, memang agak kurang menarik. Tapi di sisi lain, saya beruntung dengan sedikitnya orang yang menonton film ini. Karena pada dasarnya saya masih takut ke tempat beresiko di masa pandemi ini.
Terakhir, tentu alasan bisa menjadi bahan tulisan di Kompasiana. Sebagai penulis konten artikel film Marvel, tentu saya harus update perihal film ini.
Sebenarnya, tanpa harus melihat film ini, saya punya bahan yang cukup untuk menulis artikel ini. Mengingat di luar negeri, film ini sudah tayang terlebih dahulu pada tanggal 3 September.
Bioskop di Indonesia saja yang baru menayangkan. Sehingga banyak portal media luar yang sudah mengupas habis film ini. Oleh karena itu, tidak masalah bagi saya.
Kembali lagi, tidak akan puas dan tidak akan dalam saya mereview tulisan ini jika tidak ada experience melihat sendiri film ini. Sehingga membuat saya memutuskan untuk menonton secara langsung.