Srimulat sendiri punya pendidikan cukup tinggi, karena pernah bersekolah di HIS (Hollansch Indlansch School) di Klaten. Seperti pergolakan Raden Ajeng Kartini, Raden Ayu Srimulat juga sempat dilarang oleh ibu tirinya untuk melanjutkan sekolah di MULO.
MULO sendiri kepanjangannya Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, adalah Sekolah Menengah Pertama pada zaman pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.
Srimulat yang ngeyel, akhirnya bisa lulus sekolah tersebut. Meski ibu tirinya tetap berpendapat, sepandai-pandainya wanita tetap berakhir di dapur. Buat apa sekolah tinggi.
Ketika Srimulat berusia 15 tahun, dia dipaksa menikah oleh orang tuanya. Setahun kemudian dia menjadi ibu, namun anaknya hanya berusia dua setengah tahun. Tak berselang lama, suaminya juga meninggal.
Dukut bercerita dalam bukunya, Srimulat lalu kabur di usianya yang masih remaja dengan membawa pakaian yang melekat di tubuhnya dan uang tiga setengah sen. Hanya itu saja bekalnya.
Ia lalu berkelana tidak tentu arah, hingga akhirnya tiba di Temanggung, Parakan. Srimulat lalu bertemu dengan Nyi Sireng seorang primadona ketoprak Mardi Oetomo. Ia pun ditawari bekerja di sana.
Srimulat pun mengiyakan tawaran itu. Untuk pertama kalinya, Srimulat seorang putri Raden Temenggung Tjitrosumo tahu tentang tari dan sinden. Bahkan dia punya bakat melawak. Singkat cerita ia pun jadi bintang panggung.
Sempat bergabung di kelompok Ketoprak Krido Tjarito, Srimulat semakin besar namanya saat berperan di kisah Djoko Tarub dan Kjai Pandanarang. Ternyata besar namanya Srimulat tidak membawa hal baik.
Kata Dukut, Srimulat seperti tidak dianggap anak oleh Tumenggung Tjitrosumo dan ibu tirinya. Mereka menganggap keturunan bangsawan kok main ketoprak. Bagi mereka itu perbuatan hina dan tidak bermatabat.
Sempat menikah lagi dan ikut suami ke Bandung, Srimulat mendirikan bisnis rumah kos. Nyatanya bisnis ini tidak bertahan lama dan bangkrut, membuatnya kembali cerai dengan suaminya.
Ia pun lalu berpindah ke Semarang dan bergabung dengan rombongan wayang orang Sri Kuntjoro. Kelompok ini sudah terbilang modern di zamannya, karena tidak hanya menyuguhkan pertunjukkan wayang orang saja tapi juga musik keroncong.