Kesuksesan setiap orang berbeda tingkatan, jenis dan waktu. Ada yang menjadi CEO di sebuah startup di usia muda, ada pula yang menjadi Komisaris di sebuah perusahaan besar di usia matang.
Namun, kesuksesan itu sering kali membuat orang gampang berpaling dan merasa iri dengan kesuksesan orang lain. Banyak orang yang akhirnya harus meniru langkah yang sama dengan orang lain dan berharap mendapatkan kesuksesan yang sama.
Ibarat pepatah Jawa, "Sawang Sinawang". Sedangkan versi kerennya, rumput tetangga jauh lebih hijau. Melihat orang lain yang sukses, sedangkan orang tersebut sebenarnya juga melihatmu dan ingin sepertimu.
Sawang sinawang ini seperti loop yang gak pernah selesai. Saya pengen sepertimu karena sepertinya kamu lebih sukses secara finansial. Namun ternyata, kamu iri melihatku karena sukses dalam berkeluarga.
Seperti di tulisan awal saya, sukses itu banyak tingkatan, jenis dan waktu. Kesuksesan itu sudah ditentukan dari langkah pertamamu. Jika kamu tidak melangkah, ya gak akan dapat sukses itu.
Contohnya, kamu adalah seorang CEO sebuah startup besar di umur 27 tahun. Nah CEO adalah tingkatan, startup adalah jenis kesuksesan dan umur mu adalah waktu.
Karena perbedaan-perbedaan inilah, kesuksesan semua orang tidak pernah sama. Bahkan meskipun ketiga hal sama, namun hasilnya tidak akan sama. Oleh karena itu, kita harus bersyukur apapun itu bentuknya.
Contohnya saya, meskipun hanya sebagai tenaga kontrak di pemerintahan, namun beberapa teman iri melihat saya. Padahal status sama, sama-sama pegawai kontrak.
Beberapa di antara teman-teman menyampaikan jika saya terbilang lebih baik, hanya karena saya lebih dipercaya oleh pimpinan untuk hal-hal penting. Namun mereka tidak tahu, di tengah kepercayaan itu ada resiko yang begitu besar.
Meskipun begitu, saya tetap mensyukuri atas apa yang sudah saya dapatkan sampai sekarang ini. Bagi saya kesuksesan itu adalah sesuatu yang bisa membuat orang terdekat saya bisa jadi lebih baik.