Tulisan ini mungkin sedikit berbau curhatan saya sebagai pekerja Social Media Specialist yang sudah saya jalani selama 4 tahun lebih ini. Dalam masa itu, pasti banyak suka dukanya. Definisi sakit tapi tidak berdarah ya ini, duka saya dianggap gak kerja oleh banyak orang!
Gimana gak dianggap kerja, biasanya orang kerja ya nulis di kertas, catat-catat sesuatu atau ketik mengerjakan apapun di layar komputer. Sedangkan saya kerjanya sering lewat mobile phone, gak ribet, ringkes, dan bisa dilakukan dengan cepat satu kali snap fingers.
Sebenarnya bukan hanya seorang social media specialist aja sih, tapi seorang admin sosmed juga kena apes yang sama. Hanya karena dianggap tidak seperti pekerja pada umumnya, kami dianggap gak kerja. Biasanya, anggapannya kalau cuma bisa santai saja atau cuma mainan hape dan sosmed.
Jika kamu belum bisa bedakan apa itu Social Media Specialist dan Admin Sosmed, kamu juga bisa mampir tulisan saya yang lain. Saya sudah pernah membahas ini, bisa kunjungi di sini.
Menjadi Social Media Specialist itu gak sekadar bermain sosmed. Kamu harus mau untuk pelajari karakteristik followermu, konten apa yang cocok untuk mereka, jika memang ada pertanyaan kamu harus mau menjawab.
Bahkan kamu juga harus tahu apa yang jadi happening hari ini, siapa tahu itu bisa jadi ide konten selanjutnya yang diusulkan kepada content creator untuk diproduksi segera.
Hal-hal semacam ini tidak bisa dilakukan jika kamu tidak sering membuka sosmed, minimal akun brand yang sedang kamu pegang. Semua butuh proses dan waktu, itu harus benar-benar dilakukan ya bisa dengan santai sambil scroll ke bawah.
Jika demikian, tentu saja ketika orang lain yang melihat, kamu dianggap gak kerja. Karena kamu bisa melakukan itu semua lewat mobile device yang kamu pegang sambil duduk di kursi sofa. Semacam pekerjaan dewa ya?Â
Tapi tanggung jawab ini gak mudah, engagement brand sosial media yang kamu pegang harus tetap terjaga. Naik turun itu hal biasa, tetapi itu jangan sampai membuat penurunan yang fatal atah stabil.
Jika tidak, orang lain akan melupakan brandmu. Bahkan saking parahnya, jika sampai kamu tidak menjaga konsistensi akunmu itu, ya kamu dianggap gak ada. Kalau sudah begitu, ya sudah pasti kamu gagal jadi seorang Social Media Specialist!