Setelah berjalan beberapa meter dari spot sebelumnya, sampailah aku dan kawan-kawan di spot bunder. Bagiku, spot ini bukan hanya sebagai spot foto, tetapi spot senam jantung, dan spot mengendalikan emosi.
Sebetulnya, aku takut ketinggian. Akan tetapi, aku tidak mau pulang tamasya tanpa kenangan berkesan. Aku mencoba menantang diri untuk naik ke spot itu.
Kalau dari sisi utara, spot tampak tidak terlalu tinggi sehingga aku ada keinginan untuk naik ke sana.
Aku mantapkan untuk naik. Operator memasangkan tali pengaman ke bagian pinggangku. Dengan mengucap doa, aku menaiki tangga besi yang kemiringannya sekira 80°.  Ketika tinggal dua anak tangga, tidak sengaja aku melihat jurang tinggi di depan, sebelah selatan spot. Seketika, rasa takut muncul. Detak jantungku mulai lebih kencang.
"Mas, aku takut. Aku turun, ya," ucapku kepada operator.
"Tidak apa-apa, Bu. Tenang saja, " balasnya.
Aku mencoba menenangkan diri. Ada perang batin antara turun dan lanjut.
Akhirnya, aku sampai atas. Posisiku masih duduk bersimpuh. Aku takut, benar-benar takut.
"Aku turun, ya. Aku takut," kataku. Rasanya aku ingin menjerit dan melarikan diri seperti ketika menjumpai sesuatu yang menakutkan. Akan tetapi, Â Itu tidak mungkin aku lakukan. Konyol sekali jika itu aku lakukan.
"Gak usah turun, gak apa-apa. Sudah sampai, kok." Kawanku menguatkanku.