Mohon tunggu...
Titiska Indah Worotyca
Titiska Indah Worotyca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rombel 4A Prodi Pendidikan Sejarah UNNES Mengikuti KPS 2 di Bali

10 Maret 2024   20:25 Diperbarui: 10 Maret 2024   20:34 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                               

Pada Senin, 26 Februari 2024 rombel 4A Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang mengikuti mata kuliah KPS (Kajian Peninggalan Sejarah) yang kedua di Bali. Sebelumnya KPS 1 dilaksanakan pada semester 2 dengan objek kajian museum nasional Indonesia di  Jakarta.

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib yang harus ditempuh mahasiswa prodi pendidikan sejarah UNNES. Jadi dimata kuliah KPS ini mahasiswa sejarah melakukan kajian lapangan sesuai dengan objek kajian yang sudah ditentukan, nantinya data yang diperoleh akan menghasilkan luaran seperti laporan kegiatan KPS berbentuk monografi, film dokumenter, artikel jurnal, artikel berita, dan poster atau infografis, kemudian di akhir semester dilakukan seminar hasil penelitian. Sistem pengerjaanya ialah perrombel, jadi disetiap rombel sudah dibentuk kepanitian dengan jobdesknya masing-masing. Dengan mengikuti mata kuliah KPS ini mahasiswa prodi sejarah diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dalam pengenalan berbagai objek peninggalan kesejarahan, meningkatkan kompetensi dalam pengembangan keilmuan meningkatkan kompetensi dalam kajian, penulisan, dan komunikasi ilmiah, serta meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan kegiatan dan pemecahan masalah

Pada Kps 2 ini rombel 4A mendapatkan objek kajian Desa Adat Penglipuran yang dibimbing oleh DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) Bapak Andy Suryadi, S.Pd., M.Pd dan Bapak Atno, S.Pd., M.Pd. Sebelum melakukan kajian terlebih dahulu mahasiswa menyiapkan bahan kajian, dengan mencari artikel ataupun jurnal mengenai Desa Adat Penglipuran. Ketika berada di Desa Adat Penglipuran mahasiswa melakukan sesi sharing dengan tokoh setempat dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Setelah itu mahasiswa berkeliling desa adat dan melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar serta pengunjung untuk melengkapi data kajian.                                          

dok. pribadi
dok. pribadi
                           
dok. pribadi
dok. pribadi
Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu desa adat yg terkenal di Bali. Desa ini mendapat penghargaan sebagai desa terbersih. Desa adat Penglipuran berada di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli Provinsi Bali.  Desa Adat Penglipuran mempunyai luas  kurang lebih sekitar 112 hektar yang terbagi kedalam 9 hektar untuk pemukiman yang ditinggali kurang lebih 250 KKa dengan populasi 1.100 jiwa, 45 hektar untuk hutan bambu dan sisanya digunakan untuk fasilitas umum seperti tempat ibadah, tempat parkir dan lain sebagainya.

Desa Adat Penglipuran berasal dari kata pengeling (ingat atau mengingat) dan pura/pure (nenek moyang atau leluhur) sehingga penglipran dapat diartikan mengingat kepada leluhur. Dahulu Desa Adat ini merupakan sebuah lahan luas yang diberikan Raja Bangli kepada masyarakat Bayung Gede yang sudah sudah beliau percaya.. Di lahan pemberian Raja Bangli ini masyarakat hidup secara menetap dan mengadopsi kehidupan Bayung Gede. Selain itu Penglipuran diartikan juga sebagai penglipur lara. Konon katanya hal ini dikaitkan dengan aktivitas Raja Bangli dalam hal spiritual.

Sejak tahun 1993 Desa Adat Penglipuran mulai dilirik sebagai salah satu destinasi wisata. Desa Adat Penglipuran banyak mendapatkan penghargaan baik nasional maupun internasional. Selain mendapatkan penghargaan sebagai desa terbersih, pada tahun 2017 mendapatkan penghargaan Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) dan yang terbaru pada tahun 2023 mendapatkan penghargaan dari UNWTO (United National World Tourism Organization) yaitu sebuah organisasi pariwisata dibawah naungan PBB sebagai salah satu Best Tourism Village 2023 .

Kebersihan, kerapian, serta  keunikan Desa Adat Penglipuran banyak memikat hati wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung. Setelah menjadi destinasi wisata perekonomian warga sekitar ikut meningkat, para warga banyak menjual cenderamata khas bali di halaman rumahnya, menyewakan baju adat khas bali, bahkan ada yang menyewakan rumahnya untuk homestay sehingga para wisatawan dapat merasakan tinggal di Desa Adat Penglipuran.                                                                                                    

dok. pribadi
dok. pribadi
Sungguh pengalaman yang sangat berharga bagi mahasiswa rombel 4A prodi pendidikan sejarah dapat berkunjung, berinteraksi dan melihat secara lebih dekat bagaimana kehidupan  masyarakat Desa Adat Penglipuran yang sampai sekarang masih menjaga dan melestarikan  tradisi leluhurnya ditengah kemajuan zaman yang ada.

                                                                                                                                  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun