Mohon tunggu...
Titis Apdini
Titis Apdini Mohon Tunggu... -

Indonesian - http://apdini.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menuju Era Perdagangan Bebas

5 Februari 2014   11:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:08 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13915719731136091364

Perdagangan bebas atau Free Trade di kawasan Asia Tenggara akan resmi dimulai 2015 nanti. Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Thailand, dan Myanmar) menyadari pentingnya letak geografis dalam perdagangan dunia. Singapura adalah pusat pelabuhan internasional lintas benua. Setiap kapal yang akan menuju India, Afrika, Australia, Cina, Amerika melintasi negara yang terletak di ujung semenanjung Malaka itu. Sedangkan Indonesia dengan penduduk 200 juta jiwa merupakan pasar yang menjanjikan.

Siap tidak siap, era itu akan segera tiba. Menyadari potensi dalam perdagangan bebas, ASEAN selaku asosiasi yang fokus akan akselerasi sektor perekonomian regional mulai membentuk blueprint dari ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2003. Deklarasi dari forum AEC bertujuan untuk meningkatkan daya saing demi mendukung pertumbuhan sektor ekonomi dan menanggulangi kemiskinan. Perdagangan bebas membuat batas-batas antar negara semakin tidak terlihat. Berbagai produk bebas keluar-masuk antar negara. Bukan hanya barang dan jasa juga akan tetapi tenaga kerja. Dengan kata lain, persaingan tentu tidak lagi bisa dihindari. Dampak positifnya akan memicu kreativitas seluruh penggiat bisnis untuk melakukan inovasi demi memenuhi permintaan pasar. Tentunya, seleksi dalam dunia bisnis akan menentukan keberlangsungannya karena pasar terbuka lebar dan konsumen dihadapkan pada berbagai macam pilihan.

Bagaimana dengan kesiapan Indonesia sendiri?

Dikutip dari pernyataan Makarim Wibisosno, Executive Director of ASEAN Foundation bahwasanya ada empat faktor yang menentukan daya saing suatu bangsa yaitu : 1. Infrastruktur; 2. Sistem yang transparan; 3. Bebas korupsi; 4. Motivasi untuk berkompetisi. Tentunya faktor-faktor tersebut harus didukung dengan adanya peraturan dan kebijakan pemerintah mulai dari pusat sampai lokal. Potensi sumber daya alam Indonesia tentu tidak diragukan. Sebagai negara tropis yang dijuluki Paru-Paru Dunia dengan tingkat biodiversitas kedua di dunia setelah Brazil, tentu kekayaan alamnya membuat negara lain iri.

Indonesia akan menjadi ladang investasi untuk mengolah sumber daya yang ada. Investasi ini bisa jadi akan menjadi invasi jika sumber daya manusia bangsa ini akan kalah agresif dengan para pendatang. Salah satu kompetisi yang harus dihadapi bangsa ini adalah Free Flow of Skilled Labor. Siapkah Anda? Kita? Seluruh penduduk Indonesia untuk bersaing dengan tenaga ahli dan terampil dari berbagai latar belakang?

Sebagai generasi muda, ada 2 sikap penting yang perlu dipupuk sejak dini. Pertama adalah kemauan untuk mendalami politik luar negeri selain mengasah kemampuan sesuai spesifikasi bidang ilmu yang ditekuni. Kepekaan kita akan isu-isu global merupakan pengetahuan penting yang membuat kita bisa melihat peluang pasar perdagangan bebas. Kedua, mulai mengurangi budaya kosumerisme dan cinta produk dalam negeri. Sampai kapan Indonesia hanya akan menjadi pasar bukan produsen? Selama kita masih belum bisa bangga akan produk sendiri, selama itu pula kita akan terus bergantung pada produk impor. Memang ada barang-barang yang belum bisa diproduksi oleh industri dalam negeri apalagi yang berhubungan dengan kebutuhan gadget dan perangkat teknologi, akan tetapi konsumerisme itu bisa ditekan dengan benar-benar membedakan antara kebutuhan dan keinginan semata.

[caption id="attachment_310388" align="aligncenter" width="614" caption="Are you ready?"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun