Penulis : Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT
Di sebuah desa nan hijau di Kabupaten Padang Pariaman, terdapat seorang pria yang telah mengabdikan hidupnya untuk ilmu, dakwah, dan pelayanan masyarakat. Nama lengkapnya Tuanku Farhan, seorang yang telah menamatkan pendidikan S1 dalam bidang Pendidikan Bimbingan Konseling Islam. Gelar Tuanku yang disandangnya bukan sekadar hiasan, melainkan sebuah tanda kehormatan dan pengakuan atas keilmuannya yang mendalam dan dedikasinya yang tiada henti dalam menyebarkan cahaya Islam.
Setiap pagi, setelah menyelesaikan tugasnya sebagai jurnalis dan koresponden untuk Mu-online1, sebuah media online yang cukup dikenal di Sumatera Barat, Farhan melanjutkan perjalanannya ke Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua Sungai Sariak. Setiap hari Jumat, ia mengajar di sana, membimbing para santri dengan ilmu dan pengalamannya. Namun, ada kalanya Farhan harus absen dari pengajarannya karena kendala teknis dengan motornya, Supra X 125 PGM-FI, yang kadang memerlukan sedikit perbaikan. Meski begitu, semangatnya tak pernah pudar.
Selain di pondok pesantren, Farhan juga mengabdikan diri sebagai pengajar Al-Qur'an di Surau Koto Mudiak, nagari Sungai Durian, kecamatan Patamuan. Setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu, dia mengisi waktu dari menjelang shalat Ashar hingga pukul 17.40 WIB dengan mengajarkan tajwid dan tafsir Al-Qur'an kepada anak-anak dan warga setempat. Waktu yang digunakan sangat optimal, memastikan setiap menit berharga dimanfaatkan untuk memupuk kecintaan terhadap kitab suci Al-Qur'an.
Tidak hanya terbatas di dua tempat tersebut, aktivitas dakwah Farhan meluas hingga ke seantero Sumatera Barat dan beberapa daerah lain di Indonesia. Dia sering terlihat berdakwah di Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, dan Kota Padang, membawa pesan-pesan agama yang menyejukkan hati. Kegigihannya dalam berdakwah membuatnya dihormati dan dicintai oleh banyak orang.
Selain itu, di Yayasan Nurul Qur'an di Kota Pariaman, Farhan juga mengambil peran sebagai pengajar. Meski gaji yang diterima tidaklah seberapa, dia tetap bersyukur kepada Allah SWT dan menjalankan tugasnya dengan ikhlas. Baginya, pengabdian kepada ilmu dan agama adalah kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa diukur dengan materi.
Dalam kesehariannya, Farhan juga dipercaya sebagai imam shalat di beberapa mushalla dan masjid. Ketenangannya dalam memimpin shalat, suaranya yang merdu ketika membaca ayat-ayat Al-Qur'an, serta khotbah-khotbahnya yang menyejukkan hati, membuat jamaah merasa khusyuk dan tenteram. Setiap langkah yang diambilnya adalah cerminan dari iman yang kuat dan komitmen terhadap tugasnya sebagai seorang ulama dan pengajar.
Meski jadwalnya sangat padat, Farhan tetap menunjukkan kebijaksanaan dan keteladanan. Baginya, setiap hari adalah kesempatan baru untuk memberikan manfaat kepada sesama, untuk menyebarkan ilmu yang bermanfaat, dan untuk mendekatkan diri serta orang lain kepada Sang Pencipta. Dengan penuh kesederhanaan dan keteguhan hati, Tuanku Farhan melangkah di jalan yang telah dipilihnya, membawa cahaya iman dan pengetahuan ke setiap sudut tempat yang disinggahinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H