Mohon tunggu...
Titin Sumarni
Titin Sumarni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Ibarat Membeli Mobil Baru

4 Oktober 2017   15:10 Diperbarui: 4 Oktober 2017   15:19 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menulis itu ibarat ingin membeli sebuah mobil baru bagi orang yang berpenghasilan kelas menengah, kenapa saya berpendapat seperti itu, ingin membeli mobil baru bagi sebagain orang terutama yang berpenghasilan menengah tentu banyak sekali pertimbangannya, mulai dari menabung untuk DP mobil dan kalau DP nya sudah cukup masih banyak lagi pertimbangannya apakah sudah bisa untuk membelinya dan berbagai diskusi bersama keluarga, kalau seandainya membeli mobil kredit pasti akan memikirkan uang cicilannya setiap bulan, dan memikirkan apakah sesudah membeli mobil bisa membayar cicilan dan bisa mengisi bahan bakarnya, dan belum lagi pemikiran takut ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. 

Dalam membeli mobil pastilah kita akan menyiapkan uang untuk melengkapi perjalanan kita dengan mengendarai mobil, nah kalau pertimbangan itu semua sudah di siapkan secara matang dan kita bisa memenuhi hal tersebut barulah kita bisa membeli mobil baru, sehingga kalau sudah membeli mobil kita sudah siap dengan segala hal yang akan terjadi di luar dugaan kita. Berbeda sekali dengan orang kelas atas yang ingin membeli mobil, mereka pasti kalau ingin membeli mobil tampa berpikir kembali dan mereka langsung membelinya.

            Begitu juga dengan menulis bagi penulis pemula dan penulis yang sudah senior, Kenapa saya ibaratkan menulis itu seperti ingin membeli mobil baru bagi yang memiliki pengahasilan di kelas menengah, dan membeli mobil baru bagi kelas atas. Karene awal ingin menulis saya merasakan banyak sekali pertimbangannya, seperti halnya yang sudah saya jelsakan pada tulisan saya "Motivasi Menulis: Awal Keberanian Menuangkan Ide", karena sebelum saya menulis banyak sekali ketakutan saya untuk menulis sehingga tulisan saya tidak berhasil untuk menuangkanya dalam sebuah kalimat-kalimat karena terlalu banyak pertimbangannya, 

salah satunya ketakutan saya adalah saya takut orang mencemooh tulisan saya, padahal setelah saya sering berdiskusi sama teman-teman yang sering menulis, orang tidak akan mencemooh tulisan kita, tetapi kita harus siap untuk menerima saran dan masukan dari teman-teman, baik yang sudah senior dan yang pemula menulis, karena semakin banyak orang  membaca tulisan kita dan yang memberikan saran kepada kita maka akan semakin bagus tulisan kita, 

begitulah saya selalu ingit perkataan teman saya yang menyemangati saya untuk menulis. Berbeda halnya dengan penulis yang sudah senior, dia sudah terbiasa menulis karena menilis bagi yang sudah senior tulisan itu ibarat makanan pokok yang setiap waktunya selalu dimakan.

            Dalam menulis saya mulai memberanikan diri untuk mengupload tulisan di Group Dosen Menilis, berawal dari saya masuk di group Dosen Menulis, saya sering membaca tulisan teman-teman yang ada di group Dosen Menulis, saya selalu semangat untuk menulis, tetapi saya belum juga bisa menulis. Saya mulai memberanikan diri menulis yaitu karena saya membaca motivasi-motivasi dari Dr.Hj. Amie Primarni, M.Pd.I dan Dr. Ngainun Naim, yang ada di group "Pelatihan Menulis di Telegram" yang saya ikut didalamnya, saya sangat senang dan bangga termasuk didalamnya, saya merasakan hal positif sekali yang saya dapatkan dalam mengukiti Pelatihan Belajar Menulis, 

pada awal masuknya diskusi saya belum berani bertanya karena saya sadar saya belum ada pengalaman menulis sama selaki, sehingga saya masih blank untuk bertanya, tetapi saya selain membaca materi yang diberikan Dr.Ngainun Naim, dan saya membaca pertanayan teman-teman sebenarnya juga sebagaian pertanyaan yang sama yang ada didalam hati saya, 

lalu saya membaca penjelasan dari beliau, yang saya mulai semangat menulis saya membaca penjelasan beliau yaitu "hal pertama yang harus kita bangun adalah mindset bahwa menulis itu adalah kebutuhan kita sebagai dosen, Rasanya karir dosen tidak akan lancar jika kita tidak menulis, Prof. Dr. Kuntowijoyo pernah menulis bahwa kunci sukses menulis itu ada 6. Beliau menyebutnya dengan 6 M.  M pertama: menulis. M kedua: menulis. M ketiga: menulis.  M keempat: menulis. M kelima: menulis. Dan M keenam adalah: menulis."

            Dengan adanya pernyataan 6 M tersebut lalu saya mulai menggerakkan tangan saya untuk melentikkan jari-jari menekan tombol-tombol  keyboard di laktop saya, saya mulai menulis apa saja yang bisa saya tulis, yang pertama saya menulis apa yang ada di hati saya untuk menulis, semuanya saya tuangkan dalam tulisan, sehingga jadilah tulisan saya, setelah sampai dua halaman saya membaca kembali dan saya tersenyum membaca tulisan saya sendiri, 

kanapa saya tersenyum karena tanpa saya sadari saya sudah menulis, walaupun saya sadar tulisan saya ini masih banyak kekurangannya, tapi saya tidak menghiraukannya lagi, bagus atau tidak tulisan saya yang penting saya sudah bisa menulis, dengan tulisan saya itu sudah menjadi kepuasan dihati saya. Saya sangat bersyukur sekali punya teman-teman disekeliling saya mensuport saya untuk menulis yang selama ini hanya ada didalam hati tetapi tidak berani untuk menulis.

            Dalam langkah awal menulisku ini besar sekali harapanku untuk tetep bisa menulis walaupun tulisan yang ku buat kalimatnya masih amburadur karena saya sadari saya selama ini tidak hobi membaca kalau membaca mata saya selelu mengantuk dan mengantuk sehingga tidak pernah saya membaca buku sampai habis, di situlah kelemahan saya karena kurang membaca. Tapi sekarang mengetahui kelemahan ku ini saya bertekat untuk mulai membaca walaupun sedikit demi sedikit, dan menulis juga sedikit demi sedikit akhirnya menjadi bukit, dan besar harapan semoga saya bisa membuat buku ajar yang matakuliahnya saya ampuh, semoga harapan-harapnku ini bisa terwujud. Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun