Mempersiapkan anak yang sholih/sholihah dimulai dari saat mencari pasangan, yaitu diantaranya dengan mencari pria/wanita yang siap diajak menikah dan tidak pacaran dulu.Â
Terbukti dengan cara seperti ini perjodohan saya berjalan tanpa kendala. Saya dan calon suami diperkenalkan oleh teman pengajian, masa taaruf hanya 3 kali pertemuan dan selalu ada orang lain saat pertemuan. Kami menikah 4 bulan setelah taaruf.
Sejak sebelum menikah suami hobi membaca. Koleksi buku-bukunya sangat banyak, setiap bulan kami selalu pergi ke toko buku untuk menambah wawasan ilmu dan koleksi bukunya.Â
Enggak mau ketinggalan dong aku pun ikut belanja buku memasak berbagai menu, terutama mempelajari masakan Cirebon tempat asal suami. Juga buku cara perawatan bayi, kesehatan bayi sampai menu mapasi sudah beli walau belum hamil saat itu.Â
Waktu itu dalam otakku yang terpikir adalah bagaimana caranya agar punya bayi montok dan sehat. Dari situ belajar asupan gizi yang diperlukan agar bayi tidak terkena stunting. Bahkan mainan bayi edukatif pun saat itu sudah dibeli padahal belum hamil.Â
Karena latar belakang saya adalah guru TK jadi setidaknya tahu mainan bayi edukatif seperti Lasy, buku cerita untuk balita dan cara mengajarkan bayi membaca sudah dipelajari karena ingin membuktikan teori Glann Domen dan memang kemudian terbukti anak pertama bisa membaca di usia 3 tahun. Intinya, sebelum memiliki anak kami sudah mempersiapkan semuanya. Namanya juga menyambut anak pertama.
Termasuk yang kami persiapkan dan pelajari adalah masalah aqiqah. Aqiqah memang suatu keharusan bagi orang tua yang mampu karena dalilnya jelas, sebagaimana disabdakan Rasulullah saw.
"Setiap anak yang lahir tergadai aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh, dan pada hari itu ia diberi nama dan digunduli rambutnya." (Hadits Sahih Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'I, Ibnu Majah, Baihaqi dan Hakim).
:
Aisyah berkata, "Rasulullah Saw pernah beraqiqah untuk Hasan dan Husein pada hari ketujuh..." (HR. Ibnu Hibban, Hakim dan Baihaqi)
Saat hamil anak pertama yang dipersiapkan selain dana untuk biaya kelahiran bayi, baju dan lain-lain, juga dana untuk membeli hewan aqiqah. Dicari info dimana belinya, seperti apa penyajiannya dan lain-lain.
Dulu ketika saya melahirkan anak pertama tahun 2002 belum banyak informasi tentang aqiqah siap saji. Karena ingin memberikan makanan yang terbaik untuk tetangga dan saudara, juga untuk mengefisiensikan biaya, akhirnya kami membeli domba dan disembelih atas nama anak di tempat kami membeli.Â
Kemudian dagingnya diserahkan pada kami dalam keadaan mentah namun sudah dipisah antara daging, tulang, dan jeroan dalam keadaan bersih.