Mohon tunggu...
Titin Murtakhamah
Titin Murtakhamah Mohon Tunggu... profesional -

Merayakan kehidupan dengan riang gembira

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hijab: Antara Sejarah, Kepentingan Politik dan Simbol

5 Maret 2013   14:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:17 2746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para perempuan Rusia (http://bet-midrash.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="155" caption="Aneka model jilbab (neoarwana.blogdetik.com)"][/caption]

Hanya saja berbagai faktor seperti kepentingan politik, transformasi budaya ikut berperan mensosialisasikan ide wajibnya perempuan menutup kepala atas asumsi bahwa itu adalah inti ajaran Islam. Pewajiban menutup kepala ini ironisnya tidak dibarengi anjuran kuat untuk meninggalkan perhiasan, make-up berlebihan  serta menutup kepala dengan perhiasan yang lengkap dan mewah. Kalau dilihat sekarang sebagian perempuan yang berjilbab justru lebih menarik perhatian dibandingkan mereka yang tampil biasa saja, tanpa jilbab. Sehingga hal itu seolah menafikan inti berhijab dan mengubah niatnya untuk sekedar bergaya dan pamer belaka.

[caption id="" align="aligncenter" width="166" caption="Model jilbab (jualjilbab.com)"][/caption]

Kerudung, jilbab, hijab dan sejenisnya adalah bagian dari pakaian atau budaya berpakaian yang merupakan fenomena kehidupan yang senantiasa berkembang dan berubah-ubah mengikuti perubahan konvensi-konvensi budaya. Modelnya pun berkembang, berwarna warni,  seiring dengan kreatifitas para desainer, kepentingan para pemodal dan selera pasar. Maka jangan heran, jika  keberadaannya juga dijadikan komoditas politik yakni  indikator keberhasilan penerapan aturan tertentu disertai ancaman dan hukuman atau sebagai simbol  untuk menarik simpati masyarakat atau sekedar untuk menutupi wajah dari sorotan kamera.

Apapun itu, sepahaman saya Tuhan hanya mengharuskan perempuan dan laki-laki untuk menjaga kesucian, kerendahhatian, kesopanan dan kesederhanaan diri. Dan, memakai jilbab atau tidak adalah hak individu. Tak seorang pun boleh memaksa atau melarangnya atas dasar apapun. Semoga Allah membimbing kita kepada kebenaran, mendukung keberanian kita dalam mengungkapkan pandangan dan memudahkan kita untuk mengakui kesalahan.

Referensi:

Muhammad Sa’id Al-Asymawi, Kritik atas Jilbab, JIL dan The Asia Foundation, 2003

http://id.wikipedia.org/wiki/Jilbab

http://bet-midrash.blogspot.com/2011/09/kerudung-sebagai-tanda-kewibawaan.html

http://7wolu.blogspot.com/2010/12/sejarah-jilbab-dari-berbagai-negara-dan.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun