Sebagai wujud tanggung jawab terhadap keharmonisan hidup Masyarakat, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) melaksanakan lokakarya "Penguatan Kerjasama Antar Lembaga dalam Pembimbingan Reintegrasi Sosial Klien Tindak Pidana Terorisme Bapas Malang". Kegiatan tersebut dilaksanakan mulai tanggal 1-4 Oktober 2023 di Kota Batu Jawa Timur.Â
Tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan sinergitas antar lembaga khususnya UNODC, Balai Pemasyarakatan (BAPAS), dan seluruh organisasi yang diundang dalam upaya pembimbingan sekaligus proses reintegrasi para klien eks narapidana teroris (napiter) dengan memanfaatkan secara optimal keberadaan Griya Abiphraya (GA) sebagai tempat pembimbingan dan "transit" sementara sebelum para napiter Kembali ke lingkungan masyarakatnya. Dalam beberapa kasus, eks napi teroris ternyata tidak hanya didominasi oleh laki-laki, tetapi juga perempuan.
Perwakilan Densus 88 yang ikut menghadiri kegiatan lokakarya tersebut menyampaikan data bahwa setidaknya ada enam wanita berstatus narapidana Teroris di Jawa Timur yang akan segera bebas. Oleh karena itu, perlu adanya pendampingan sekaligus pembimbingan yang tepat ketika para napiter wanita ini nantinya bebas dari hukuman. Universitas Negeri Malang (UM) selaku salah satu instansi yang diundang dalam kegiatan Lokakarya tersebut menugaskan Surya Desismansyah Eka Putra, S.Pd., M.Phil. selaku dosen sekaligus perwakilan dari Pusat Gender dan Kependudukan (PGK) LPPM UM untuk ikut menyumbangkan gagasan serta alternatif solusi yang perlu diambil oleh BAPAS khususnya dalam pengelolaan GA terhadap napiter permpuan bila nantinya menghirup udara bebas.Â
Menurut Surya, pemanfaatan GA sebagai tempat "transit" dan pelatihan bagi para eks napiter khususnya wanita, harus lebih dikuatkan. Alasannya, para wanita eks napiter ini memikul beban lebih berat secara sosiologis karena ia seorang perempuan, apalagi menjadi kriminal, dan berstatus sebagai ibu.
Surya berpendapat bahwa pendampingan pada napiter wanita harus memenuhi asas-asas kesetaraan, pendidikan inklusi, pemberdayaan wanita yang berkelanjutan. Pendampingan tersebut menjadi urgensi terutama bagi wanita yang secara sosial selalu disimbolkan sebagai asal-usul keadilan. Oleh sebab itu, upaya pengintegrasian wanita eks napiter ini seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek psikologi sosial bagi perempuan dan penyadaran terhadap sosial dimana wanita tersebut berasal. Tentu hal tesebut tidaklah mudah dilakukan, karena sebelum wanita eks napiter tersebut Kembali pada lingkungan asalnya perlu ada program /pembekalan sosial yang perlu dengan keterampilan atau softskill yang membuatnya berdaya ketika kembali ke masyarakat.Â
Dengan adanya GA yang dibentuk oleh BAPAS, hal-hal penting dan utama tersebut dapat dijalankan. Program ini secara langsung maupun tidak langsung mendukung ketercapaian SDGs nomor 1 (tanpa kemiskinan), 3 (kehidupan sehat dan sejahtera), Â 4 (pendidikan berkualitas), 5 (kesetaraan gender), 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), 10 (berkurangnya kesenjangan), 16 (perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh), dan 17 (kemitraan untuk mencapai tujuan).
Optimalisasi GA sebagai tempat transit sekaligus lokasi pengembangan softskill eks napiter perlu didukung agar dapat membantu proses reintegrasi para napiter kepada Masyarakat umum dapat berjalan dengan lebih halus. Sebab, sering kali Masyarakat melihat bahwa para eks napi, khususnya napiter tidak memiliki keterampilan yang berguna bagi masyarakat dan mungkin juga "dianggap beban" sekaligus manusia ideologis berbahaya tanpa keterampilan. Oleh sebab itu, kehadiran dari GA menjadi sangat berarti sebagai "proses antara" atau jembatan bagi para eks napiter sebelum Kembali ke lingkungan masyarakat.
Surya lebih jauh lagi menyatakan bahwa, apabila status GA telah berbadan hukum yang jelas. GA dapat dikembangkan sebagai "kawah candradimuka" para napiter khususnya perempuan untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan dan penyeluhan yang dapat dikolaborasikan Bersama dengan universitas, sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, penelitian, pengabdian hingga magang bagi mahasiswa dapat dioptimalkan melalui kerjasama antar lembag, khususnya antara Universitas Negeri Malang (UM) dengan GA yang berada di bawah naungan BAPAS Kelas I Malang.
Â