COVID-19 (Coronavirus) berdampak bagi kehidupan melebihi Perang Dunia.  Secara global telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan memperlambat ekonomi  dunia (Abid Haleem, Mohd Javaid, and Raju Vaishya, 2020), kesehatan global paling krusial abad ini, serta lingkungan dan sosial yang sangat besar bagi seluruh populasi manusia (Indranil Chakrabortya dan PrasenjitMaity,2020). Â
Dampaknya luar biasa, Â sehingga menjadikan jutaan perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan sehingga menjadikan hampir separuh dari 3,3 miliar tenaga kerja global di dunia berisiko kehilangan mata pencaharian (Kimberly Chriscaden,2020).Â
Belum lagi pekerja ekonomi sektor informal sangat rentan karena mayoritas tidak memiliki perlindungan sosial dan akses ke perawatan kesehatan yang berkualitas dan kehilangan akses ke aset produktif.Â
Pendidikan dan lembaga pendidikan juga sangat terpengaruh atas covid-19 berkaitan dengan  pembelajaran siswa; gangguan dalam penilaian internal; dan pembatalan penilaian publik untuk kualifikasi atau penggantinya dengan alternatif yang lebih rendah Simon Burgess, dan Hans Henrik Sievertsen,2020).Â
Biasanya siswa belajar di sekolah bisa meningkatkan keterampilan sosial disamping keterampilan kognitif dan motorik, tiba-tiba dengan hadirnya virus tersebut keterampilan sosial mereka terganggu dan tersendat karena pembatasan pergaulan.Â
Disamping itu anak menjadi  lebih asyik dengan dunai "gadget" yang menjadikan mereka pasif dan merasa tidak ada tuntutan kedisiplinan untuk bangun pagi  dan tepat waktu dalam belajar sesuai  pejadwalan lembaga pendidikan.Â
Karakter mereka menjadi lemah semua aspek dalam pendidikan : IQ, EQ, SQ, dan AQ. Belum lagi menurut OECD (2020) selama Covid-19 pendidikan menghadapi masalah besar yang dihadapi semua negara, yaitu : Pembiayaan publik untuk pendidikan di negara OECD, mobilitas mahasiswa/siswa internasional, Hilangnya waktu pembelajaran/pengajaraj yang diberikan dalam seting sekolah, tindakan yang paling sesuai untuk keberlangsungan pembelajaran siswa selama penutupan sekolah, kesiapan guru untuk mendukung pembelajaran digital, keberlangsungan pendidikan vokasional selama covid-19, dan yang lainnya.
Kondisi di atas menjadikan anak-anak kita mengalami "lost generation" selama coivid-19 apalagi tidak adanya kejelasan kapan selesai dan berhentinya virus ini. Kalau hal ini tidak diseriusi oleh negara, maka kondisi "lost generation" akan semakin panjang waktunya dan semakin terbuka. Negarapun juga tidak bisa berbuat apa-apa karena hampir semua negara mengalami.Â
Negara tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi masa-masa sulit ini. Apalagi Indonesia dengan berpenduduk padat dan terpencar di banyak pulau menjadikan semakin sulit mengatasinya. kalau tidak hati-hati pemerintah akan mengalami kondisi "failed state".
Noam Chomsky  setidaknya meberikan 6  karakter utama sebuah negara dianggap sebagai negara gagal. Dua diantara 6 karakter tersebut terjadi di Indonesia bahkan sebelum mundulnya Covid-19.  Dua karakter tersebut adalah:Â
- Pemerintah mulai abai atas hak yang paling dasar rakyat (seperti pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan) sudah di-BLU (Badan Layanan Umum)-kan bahkan sudah ada yang di-BH (Badan Hukum)-kan. Â Model pengelolaan seperti ini menjadikan layanan pendidikan dan kesehatan dieprbolehkan mencari keuntungan sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan layanannya karena tarif yang tinggi.Â
- Korupsi merajalela di semua lini dan  lembaga (publik: legislatif, eksekutif, yudikatif serta swasta) dari tingkat paling bawah yaitu desa sampai yang sebenarnya mempunyai tugas pokok melindungi rakyat, masyarakat, dan negara terhadap gangguan korupsi itu, seperti DPR, DPRD, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, kepolisian, dan anggota kabinet. Di negara-negara gagal sebenarnya justru negara itu bersekongkol dengan para preman, mafia, dan teroris.
Karakter pertama sudah terjadi sebelum Covid-19 muncul. Saat Covid-19 muncul ketika pemerintah sangat "royal" memberikan beragam bantuan kepada masyarakat yang kadang tidak jelas kriteria penerimanya. Kalau ini diteruskan, maka akan semakin menguat gejala poin kedua yaitu maraknya korupsi di semua sektor yang semakin menggurita. Â