Entah, sejak masuk kerja di tempat ini tiap kali ada surat keluar atau bentuk memo-memo internal atau untuk pusat selalu mampir ke meja saja untuk memparafnya. Dengan mohon maaf biasanya saya langsung mencoret-coret bagian yang tidak enak dibaca. Menambah koma atau titik bahkan menambah pula kata-kata yang kurang pas.
Secara halus saya kembalikan. Mungkin bosan rekan-rekan saya itu. Alhasil sebelum mereka menyodorkan memo-memo itu masuklah keruangan saya.
“Kan, ada sekretaris yang bisa membuat surat keluar, kenapa datang ke saya?” celetukkan suatu ketika.
“Nanti situ gak mau paraf kalau salah kata-katanya.” Dengan sedikit manyun rekan itu berujar dan duduk tanpa dipersilahkan didepan meja saya.
Setelah kejadian yang berulang-ulang itu tiap kali ada surat keluar atau memo-memo yang saya perhatikan kata-katanya selalu sama di pembuka dan penutup. Mereka langsung copy paste saja. Pernah juga saya berujar, “Tidak ada kata-kata lain untuk pembuka dan penutup surat ini ya?” sambil melirik teman saya yang menyodorkan memo itu.
“Buatin dulu nanti baru saya ganti.” Jawabnya dengan jujur.
Saya pun hanya tersenyum. Lalu sejenak berpikir. Bisa membuat tulisan yang tepat itu tanpa latihan juga belum bisa. Belajar menulis selalu ada manfaatnya. Apalagi kalau membuat kata-kata yang mendayu-dayu tanpa latihan hal itu akanlah mustahil adanya.
Keep writing for me!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H