Mohon tunggu...
Titik Kartitiani
Titik Kartitiani Mohon Tunggu... -

Writing is sharing, www.kartitiani.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk YY

4 Mei 2016   17:48 Diperbarui: 4 Mei 2016   18:28 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak senja di Derawan/Foto: Titik Kartitiani

Anak-anak senja itu bertanya,
 Apakah jika ada anak yang mati, semesta akan menangis?
 Toh hanya anak-anak kecil
 Yang sering tidak didengar ketika mereka berkata
 Yang sering diambil tempatnya ketika mereka bermain
 Yang sering dikalahkan ketika dia mau belajar
 Yang sering dimarahi ketika mereka mengotori rumah
 Anak-anak sering membuat repot para orang dewasa

 Semesta tentu akan menangis
 Bunga-bunga, sungai, pohon, dan langit akan menitikkan air mata
 Karena di setiap bunga, selalu ada anak-anak kuncup
 Di setiap sungai yang mengalir, selalu ada anak-anak sungai
 Dan di langit, ada bintang yang menjadi anak langit
 Mereka akan menangis jika teman mereka mati

Anak-anak senja itu bertanya tentang berita pemerkosaan
 Apakah diperkosa itu?
 Bagi anak perempuan, diperkosa adalah disakiti dengan cara yang paling menyakitkan
 Lebih perih dari terkena pisau dapur dan cipratan jeruk nipis
 Lebih sakit daripada disengat seribu lebah yang sedang sangat marah
 Lebih menakutkan daripada hantu yang paling mengerikan sedunia

Anak-anak senja itu memucat,
 Kenapa orang dewasa bisa sejahat itu?
 Karena orang itu hatinya sudah hilang
 Mungkin terbakar ketika ia sedang lewat di tempat sampah
 Mungkin juga diambil oleh penderitaan
 Sehingga mereka memilih mematikan hatinya

Memilih?
 Iya, memilih. Karena menjadi jahat atau menjadi baik itu bukan takdir
 Itu pilihan

Anak-anak senja itu ketakutan,
 Siapa yang mengajari orang-orang itu memilih menjadi jahat?
 Semua orang dewasa,
 Ketika mereka tidak lagi memberi tempat pada anak-anak
 Ketika orang dewasa lupa, mereka pernah menjadi anak yang merepotkan itu

Anak-anak senja itu berlarian di langit senja
 Kadang ia singgah dengan pertanyaan
 Kadang ia pergi tanpa jawaban…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun