Tidak bisa dipungkiri, berbagai konten yang bersliweran mau tak mau akan menjadi konsumsi kita sehari-hari. Alih-alih berita yang disajikan positif jelas mendatangkan manfaat tapi ketika berita itu justru berkonten negatif secara tidak langsung akan mempengaruhi pikiran si pembaca. Tak jadi soal jika mental mereka kuat tetapi jika ternyata membuat down justru akan menurunkan imunitas tubuh yang dampaknya bisa lebih parah dari wabah corona sendiri.
Lalu siapa yang berperan mengerem pola pikir saat social distancing? Tak lain ya diri sendiri. Saat kerja otak mulai tak stabil maka yang harus dilakukan menjauhkan diri sejenak dari lalu lalang informasi terkait konten pemicu stres. Alihkan dengan hal-hal yang bisa menyegarkan kembali pikiran dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Berbagai imbauan tersebut, jika dimaknai menyiratkan untuk selalu mendisiplinkan diri. Karena kunci untamanya terletak pada diri sendiri bukan orang lain. Kelalaian diri akan mengancam kesehatan, lebih fatalnya lagi menyebabkan kematian.
Ikhlas dengan Kehendak Allah SWT
Menyadari sepenuhnya bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah menjadikan kita semakin ikhlas. Terlebih ketika kita mempunyai keyakinan bahwa Allah tidak akan menguji hambaNya di luar kemampuan hambaNya maka beban ini akan terasa ringan. Seperti halnya yang disampaikan Wakil Presiden RI, Makruf Amin dalam sambutannya, Kamis (16/4/2020) malam dalam rangka Doa dan Dzikir Nasional untuk Keselamatan Bangsa "Bersimpuh Memohon Bebas dari Covid-19."
Ini adalah ujian Allah. Bisa jadi ujian datang untuk menguji kesalehan hambaNya. Apakah dia tetap taat menjalankan perintahNya atau malah sebaliknya semakin ingkar karena tidak sabar menghadapi keadaan yang semakin menghimpitnya.
Allah menciptakan makhluk yang bernama virus corona agar manusia berpikir dan berusaha mencari solusi atas kondisi saat ini. Berbagai ilmu pengetahuan berusaha dipelajari kembali dengan melakukan berbagai penelitian tentang virus yang menghebohkan seantero jagat ini. Uji laboratoriumpun dijalani demi mendapatkan vaksin yang tepat sebagai penangkal.
Bukti bahwa ilmu manusia tak sebanding dengan ilmu Allah Yang Maha Agung. Melumpuhkan kesombongan para ilmuwan, meruntuhkan keangkuhan para guru besar, menggugurkan kepiawaian para ahli teknologi. Pada akhirnya manusia harus bersimpuh, memohon ampun, beristighfar sebagai wujud permohonan maaf atas segala apa yang telah dilakukannya selama ini. Â
Saatnya manusia menyadari bahwa kita hanyalah khalifah di muka yang tugasnya menyembah Allah. Bukan Allah yang minta disembah tetapi manusialah yang harus kembali kepada fitrahnya sebagai hamba Allah yang taat.
Semoga Bermanfaat
Titik Nur Farikhah