Kepedulian itu dimulai dari diri sendiri. Keterbatasan gerak karena terbentur kebijakan bukan satu alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Mungkin yang kita lakukan tak bernilai bagi orang lain. Tapi setidaknya ada niat baik yang ingin disampaikan, misalkan lewat postingan di media sosial dengan menyajikan konten positif. Bukti bahwa kita peduli dengan orang lain. Terlebih jika konten yang kita sampaikan mengandung pesan moral, harapannya mampu membuka hati para pembaca yang berimbas pada perubahan sikap dan perilaku.
Bergerak dalam keterbatasan dengan melakukan sesuatu sesuai porsi akan jauh lebih baik dari pada hanya sekedar mencaci, mengkritik, mencari titik lemah suatu kebijakan, yang berujung umpatan yang tak rasional. Bersabar dengan keadaan yang tengah menghimpit (saat pandemi corona) adalah satu solusi yang terbaik.
Ikhtiar
Mematuhi segala imbauan dan aturan pemerintah adalah wujud ikhtiar agar wabah ini segera berakhir. Memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan berdiam diri di rumah, menjaga kesehatan diri, menjaga kebersihan lingkungan, termasuk mendisiplinkan diri tak lain untuk mengajak manusia kembali menjadi makhluk yang mulia dan berakhlakul karimah.
1. Hakikat berdiam diri di rumah disamping mendekatkan hubungan antar anggota keluarga juga memperbaiki hubungan vertikal kepada Sang Khalik. Diliputi rasa cemas, takut, gelisah menjadikan kita semakin dekat denganNya. Keberadaan Tuhan yang mampu dijamah ternyata menghadirkan ketenangan dalam jiwa.Â
Dengan menyadari bahwa sesungguhnya manusia begitu kerdil di hadapanNya. Bisa dibayangkan hanya karena makhluk Allah yang tak terlihat yang disebut virus corona, manusia dibuat kalang kabut bagaimana jika saatnya nanti harus menghadapi Yaumul Qiyamah. Bukan tidak mungkin suasananya jauh lebih kacau dari saat ini.
Di samping dalam rangka memperbaiki hubungan vertikal kepada Allah, berdiam diri juga mampu mengasah kepekaan sosial yakni hubungan horisontal dengan manusia. Sebagai makhluk sosial rasa solidaritas akan kembali muncul manakala melihat saudaranya dalam kondisi serba kekurangan. Jiwa empatinya terketuk untuk membantu saudaranya yang lain.
2. Membiasakan diri untuk selalu hidup bersih adalah bagian dari iman. Tanpa disadari kebersihan diri semakin jauh dari kebiasaan sehari-hari. Misalnya saja, saat hendak makan. Kadang cukup membersihkan tangan pakai tisu atau dengan mencelupkan tangan ke dalam mangkok yang berisi air. Tetapi sekarang, imbauan untuk sesering mungkin cuci tangan terlebih menggunakan sabun menjadi suatu kebiasaan. Mungkin tak jadi soal bagi kaum muslim karena setiap harinya harus membasuh anggota tubuh minimal lima kali dalam sehari.
Selain itu, pemerintah mengimbau untuk menggunakan masker terlebih saat berada di luar rumah dan berinteraksi dengan yang orang lain. Tujuannya untuk melindungi area wajah yang rentan terkontaminasi dengan virus terutama mulut, hidung, dan mata.
3. Menjaga kesehatan diri tak hanya secara fisik tetapi psikis pun perlu dijaga. Yang banyak dipahami adalah ajakan untuk makan yang bergizi, mengkonsumsi suplemen agar stamina selalu sehat. Mereka lupa bahwa kesehatan mental pun tak kalah pentingnya.
Pemberlakuan sosial distancing intinya supaya tubuh kita tidak terkontaminasi dengan orang yang terdeteksi terpapar virus corona. Jadi secara fisik kita terjaga. Tapi bukan berarti diamnya fisik juga akan menghentikan pikiran kita. Media sosial, media elektronik bahkan media cetak setiap hari menyuguhkan berbagai berita yang tak pelak membuat pikiran kita berkelana.