Entah mengapa saat bersimpuh di atas sajadah panjang, buliran bening meleleh tak bisa dibendung. Genap tiga minggu sudah, diri ini tak lagi melangkahkan kaki ke masjid. Ada semacam kerinduan yang membuncah menyayat hati. Mata ini selalu berkaca-kaca setiap kali terdengar kumandang adzan tapi kaki harus tertahan untuk tak beranjak menuju rumah Allah.
Kebimbangan tetap diam di rumah atau melangkah ke luar demi penuhi suara adzan membulatkan tekatku untuk mencari sumber yang tepat sebagai acuan. Apalagi sempat mendengar jika ada suatu masjid yang tetap mendirikan salat jumat dengan khotbah sesingkat mungkin, ada juga yang meniadakan salat jumat namun malah mendirikan salat fardlu berjamaah di masjid, dan ada juga yang kemudian menerapkan instruksi pemerintah untuk melakukan physical distancing saat salat. Malah makin bingung dibuatnya, karena setahu saya yang namanya shaf itu harus merapat bukan berjarak.
Tiga minggu yang lalu, Masjid Istiqlal mengumumkan tidak akan mendirikan salat jumat selama dua minggu ke depan. Tentunya ada beberapa masjid yang kemudian mengikutinya dengan meniadakan salat jumat. Namun saat ini tiga minggu pun sudah lewat dan kondisi pandemi corona tak kunjung reda malah semakin merebak. Keadaan yang sama sekali tidak pernah diduga sebelumnya. Instruksi berikutnya pun menambah deret panjang kesedihan yakni untuk tidak mendirikan salat berjamaah di masjid selama wabah corona. Keputusan yang semakin menyayat hati namun harus diikuti dengan ikhlas dan sabar.
Sedikit dapat pencerahan melalui bincang santai Aa Gym dengan Ustad Abdul Somad, 29 Maret lalu secara live. Melalui forum tersebut Ustad Abdul Somad menegaskan bahwa umat Islam bukan sedang meninggalkan salat di masjid namun sedang ikhtiar agar terhindar dari wabah dan berusaha memutus mata rantai penyebaran covid-19. Dikhawatirkan akan tertular atau menularkan virus tersebut, karena bisa jadi kita menyimpan virus tapi kondisi tubuh tetap sehat karena di dalam tubuh memiliki imunitas yang bagus. Jadi intinya, dalam ikhtiar inipun pasti bernilai pahala.
Terkait dengan seseorang yang tetap melakukan salat di masjid dan mengatakan dirinya tidak takut corona hanya takut kepada Allah. Ustad Somad menilai bahwa dalam diri orang tersebut ada sisi kesombongan. Sebagai ahlul sunnah wal jamaah, harus tetap berikhtiar. Mempercayai adanya rukun iman yang keenam yakni takdir baik dan buruk. Tapi sebelumnya harus melakukan ikhtiar dan usaha bukan sebaliknya malah terkesan seolah menantang takdir.
Dalam kesempatan tersebut Aa Gym memperkuat keyakinan bahwa umat Islam untuk saat ini sebaiknya melaksanakan salat di rumah. Karena sebetulnya yang tidak melaksanakan salat di masjid tetap mendapat pahala saat berniat salat di masjid. Yang biasa melaksanakan salat berjamaah di masjid akan mendapatkan pahala salat berjamaah. Menjauh dari mudharat saat salat di rumah pun mendapat pahala dan termasuk patuh kepada ulama juga mendapat pahala.
Jujur saja kebimbangan hati ini perlahan sirna karena adanya penjelasan dari dua ulama besar yang insya Allah memiliki ilmu agama yang tinggi. Hal inipun diperkuat dengan laman berita di kompas.com dan detikNews terkait peniadaan salat berjamaah di semua masjid di wilayah Arab Saudi sejak awal merebaknya COVID-19.
Namun di dua kota suci Makkah dan Madinah masih diizinkan untuk mengumandangkan adzan sebagai panggilan salat dengan memodifikasi panggilan salat tersebut dan mengganti kalimat “datang untuk berdoa” dalam bahasa Arab telah diganti dengan “berdoa di rumah.” Dapat juga diterjemahkan “berdoa dimana Anda berada.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H