Dear Antonio,dikeheningan malam berkelambu dinding sayap putih-putih di rumah sakit ini, aku ingin memberitahumu sebuah perjalanan cinta tidak pernah mudah tetapi juga tidak selalu sulit.Cintaluar biasa yang kudapatkan dari seorang sahabatku bernama Aditya. Aku katakan luar biasa karena tidak semua orang bisa mendapatkan anugerah keagungan cinta kasih seperti cinta kasih Adit kepadaku.
Mengapa aku dulu tidak pernah menyadari dalam dan besarnya cinta Adit kepadaku, Antonio?
Rasa takut yang begitu tebal dan mencarut marut pemikiranku setelah mengenalmu dan menyukaimu membuat aku dulu sempat banyak bercerita tentang dirimu kepada Aditya. Adalah sesuatu yang wajar apabila aku selalu bersikap terbuka kepada Adit, Adit bersikap sangat baik kepadaku karena kami sudah bersahabat hampir puluhan tahun. Keluargaku juga sangat baik dan dekat dengan Adit, terutama almarhum ayah yang sangat menyukai Adit. Begitu juga sebaliknya, diriku juga sangat dekat dengan semua keluarga Adit, bahkan sepupu-sepupunya juga mengenal dan ikut menyayangiku, karena almarhum ayah dulu memiliki kebun yang berdekatan disatu lokasi dengan kebun keluarga Adit.
Saat ini, saat aku sendiri disini dan dipaksa beristirahat untuk dirawat dirumah sakit ini karena mengalami sakit lambung sudah lumayan parah. Aku rindu Aditya, Antonio!
Seandainya Adit masih ada, malam ini pasti Adit sudah menemaniku disini dan akan menelpon salah seorang keluargaku di depan suamiku agar dia bisa terus berdekatan denganku terutama seperti saat sekarang ini. Dan jika Adit sedang berada di luar kota maka Adit pasti akan cepat dan segera pulang, dengan bermacam alasan yang logis kepada istrinya mengapa dia harus segera pulang. Aduhh, aku jadi semakin merindukannya!!!
Aku sedang mengelus lembut cincin berlian mata satu yang diikat mas putih murni pemberian Adit yang diwasiatkan kepadaku melalui notaris pribadi almarhum Adit bersama tulisan dan puisinya setelah satu bulan kepergiannya. Semua tulisan Adit telah kumusnahkan karena berisi sebagian besar isi hatinya yang dalam kepadaku, biarlah itu tetap menjadi rahasia alam kehidupanku saja, tetapi beberapa puisinya yang indah dan menyentuh masih kusimpan rapi secara khusus di blog pribadi sastraku. Aku tidak mengijinkan orang lain membacanya karena semua itu adalah khusus untukku.
Akan kusimpan cincin ini, Antonio!!! Seperti akan kusimpan semua kerlip itu di hati dan akan kubiarkan menjadi cahaya yang menuntut hati setiap detiknya. Cahayanya berpendar sempurna mencecah semua sinar yang datang, menghalau roh kepiluan yang sering datang menyergapku dengan bening kilau cinta yang suci murni.
Kisah hidupku seperti cerita fiksi, Antonio! Almarhun Ayah yang bisa menerima keberadaanku untuk memilih keyakinan yang berbeda jauh sebelum aku menikahi suamiku, seorang Aditya yang bisa melapangkan dada almarhum ayah, meski bunda tidak. Bunda sangat marah dengan pilihanku. Bunda mengancam melepaskan semua hakku sebagai ahli waris mereka. Aku maklum dan menerimanya dengan ikhlas (sungguh! aku tidak membutuhkannya), karena pilihan atas sebuah keyakinan adalah hubungan personalku secara vertikal dengan Yang Di Atas dan tidak bisa diganggu-gugat.
Puisi yang kukirim kepadamu beberapa malam yang lalu adalah puisi yang kutulis untuk menghargai eksistensi seorang Adit yang telah tiada. Kutulis di suatu malam setelah kepergiannya, aku tidak menangis saat itu karena air mataku telah habis tumpah ke dalam dada. Tetapi hati dan jiwaku berganti-ganti aroma dan warna saat menuliskan puisi itu, Antonio!
Langit adalah nama yang kuberikan kepada Adit dan Adit memberiku nama samudera. Almarhum dulu adalah salah seorang teman sparing menulisku yang banyak membantu aku belajar menulis. Langit!lelaki yang sangat menghormati samudera, Antonio! Langit!lelaki yang memiliki lautan kasih tanpa batas dengan samudera Langit! Telah memberi bentuk dan pengertian cinta, cinta yang suci dan langit sangat mengerti aku. Aku mencintai langit karena langit ingin aku mencintai diriku sendiri.
Aku memberimu nama antonio karena aku menyukai Antonio Banderas. Ketampananmu hampir sebanding dan tidak berbeda jauh dengan Banderas, bahkan menurutku kau lebih tampankarena sejalan dengan tampannya kepintaranmu yang luar biasa. Aku juga menyukai fisikmu yang tinggi atletis, bicaramu yang tegas dalam menerima setiap kritikan keras terhadap materi yang kau paparkan, tetapi tetap dengan penuh kasih dan perhatian serta menghargai setiap tanggapan dan masukan yang datang kepadamu. Aku mengagumimu, Antonio!!
Aku yakin di masa mudamu dulu pasti membuat banyak gadis-gadis kagum dan tergila-gila kepadamu. Jangan-jangan sampai sekarang masih banyak gadis yang menyukaimu Antonio.... ehhhmmmm!!!
Antonio, kau pasti bisa belajar untuk menghargai sebuah rasa. Mohon maaf, sayang! Jiwaku teramat bening, polos dan jernih laiknya kristal, sehingga dirimu dan semua semesta dapat bercermin, tidak ada setitik kegelapan disana.Karena hanya dengan sebuah kebeningan yang jujur dan tulus yang mampu membuat aku bahagia.
Besok malam surat ini akan kusambung lagi, ya. Karena aku telah letih dan harus istirahat untuk memulihkan kesehatanku. Selamat malam, Antonio...!! Aku ingin bermimpi indah malam ini untuk mengenang Adit dan dirimu, aku tidak tahu apakah kau juga telah pergi di balik awan yang berarak seperti langit yang telah meninggalkan diriku, Antonio!!.. Semoga tidak!
Bersambung...
[caption id="attachment_180400" align="alignnone" width="500" caption="dok. pribadi kopdar Merdeka Walk Aceh-Medan"][/caption]
Terinspirasi dari sahabat-sahabat cinta yang selalu mendorong dan memotivasiku untuk menulis dan menulis yang kuketahui menulis mampu meningkatkan gelombang alpha di otakku, menseimbangkan kemampuan otak kiri dan kananku. Kelinci tersayangku dari Medan: "teruslah menulis kak titiek , yang kusuka dari tulisanmu adalah kakak menulisnya dengan hati, ini hal yang susah dijelaskan tetapi hatinya sangat tersampaikan paling tidak kepadaku" . Cinta seorang sahabat cintaku di Jakarta yang selalu sangat menyayangiku: "tetap terus menulis, belajar mengkondisikan jiwa untuk tetap netral, tidak emosi, baik senang ataupun susah, benar-benar hanya ada rasa damai dan tenang". Seorang sahabat baik dari Aceh, "jangan pernah memandang cinta itu rendah karena cinta bukanlah barang murahan dan tidak berharga, maknai cinta sebagai sesuatu yang agung dan suci, tuangkanlah cinta itu selalu ke dalam tulisan dan banggalah jika memiliki cinta, terutama cinta kasih terhadap sesama. Cinta seorang sahabat mumet di Chicago yang selalu menghibur jiwa malamku dan membuat aku selalu ingin menulis untuknya. Seorang sahabat dudul dan kutahu sangat mengasihiku dan sedang menuntut ilmu di United Kingdom bersama seorang sahabat cinta di Polandia yang telah menggubah sebuah puisiku menjadi lagu yang indah dan sendu dan menyanyikannya dengan suara yang renyah, manis dan merdu disini. Seorang engkong sahabat yang baik hati, lembut penuh etika cinta, penuh perhatian dan kasih terhadap sesama, telah memasukkan tulisan pertamaku di kompasiana "senyum sahabat dari surga" sebagai mutiara-mutiara kompasiana pada jilid pertama di Bulan Januari tahun 2010.
Terima kasih cinta!!!
TikLOVIndie
29.06.2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H