Mohon tunggu...
Siti Zaleha
Siti Zaleha Mohon Tunggu... -

"Life is Learning and Learning By Soul.."'Rajawali yang sedang belajar mengepakkan sayap yang indah, melayang anggun dengan menggunakan kekuatan angin untuk terbang di semesta langit biru!'" Lahir 20 Januari..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

'Dear Aditya'

26 November 2010   06:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:17 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12984362691786432297

Dear Aditya, Meski matahari akan padam, tetapi bulan tidak akan mati saat aku mengenang lelucon rindumu. Aku selalu mengenangmu dan dirinya. Mengenang dan membaca tentang dirimu dan rindumu ketika pesan kepadamu yang pernah salah kirim yang membuatnya begitu marah kepadaku. Ah, aku menangis, saat waktu menyambut rindu dalam diam kepadanya. Meski waktu berputaran dalam musim, hati tetap adalah bejana untuk hormat dan kasihku kepadanya. Sungguh indah. Seperti indahnya puisi dalam satu keyakinan karena bumi tidak akan pernah menahan hasilnya. Aku pernah berjanji mengulangi. "Hentikan kiriman pesan itu kepada saya"; katanya dengan nada setengah memaksa yang ingin membuat aku menangis dan tertawa secara bersamaan. Sedih dan gembira. Sedih karena telah menyakitinya dan gembira karena yakin telah membuatnya marah dan menunggu pesan selanjutnya yang dapat membuat aku tersinggung dan berhasil melupakan semua rajutan  rindu dalam diam yang membuatku tidak mampu berpaling kekiri dan ke kanan seperti habis terkena anima-anima keras ke batinku. Kemudian satu janji dalam doa kepulihan yang menderai tangis tanpa henti di bunga kubur warna-warni, seiring kerinduan kasih tulus yang pernah kunikmati, berhati-hati untuk tidak membangkitkan rindu yang tersimpan diam itu di tahun-tahun panjang kehidupanku. Entah mengapa aku selalu ingin mencecah jiwanya; membangkitkan kemarahan dari dalam dadanya. Seandainya kau masih ada, dirimu pasti akan meredamku dalam nasehatmu yang lembut, kau memang selalu seperti itu. Kemarahan yang membara karena hati dan rasa yang  tidak bisa dinilai dengan harga. Hatiku bukanlah ombak permainan, Aditya. Aku adalah Putri Perlindungan Cinta, yang selalu berada dalam dekapan cinta yang tak berujung dan tak menuntut apapun kecuali menuntun dan mengikuti kata hati setiap detik dalam perjalanan panjang hidupku yang merenda rindu dengan sejuta makna. Dalam kepedihan, ayat-ayat kasih bertaburan. Pesan dari beberapa sahabat dan teman yang pernah mengenalmu dan memintaku untuk menjauhimu. Dulu. Dulu sekali. Mereka memintaku untuk kuat dan harus segera pulih dari kelemahan dan keterpurukan akibat kehilanganmu. Namun dirinya selalu diam dan diam. Benarkah dia selalu mengasihiku dalam doa?!**. Batinku, dia baik dan menyayangiku, tidak pernah marah dan membenciku. Namun dia juga  jahat, Ditya !** Aku tidak menyukainya, semua membiarkan aku berjuang sendiri untuk pulih. Mereka tidak ada yang sepertimu. "Jangan diulangi lagi"; pesannya tegas kepadaku. "Aku juga tidak ingin mengalami deraan seperti ini menyiksaku terus, kirim bahasa doa buatku, aku sangat membutuhkannya"; balasku pilu dengan air mata tumpah di dadaku. Sedih dan menyakitkan, karena kesalahan yang tidak sengaja membuat aku semakin tertekan dan makin buta rasa tanpa tahu apa sebabnya. Sebuah simbol mutiara rasa dalam dirinya yang tidak pernah mengerti apa, siapa dan bagaimana kelamnya batinku yang sesungguhnya. Semua bagai berkolaborasi menciptakan rasa marah, malu, sakit dan sedih lagi seperti saat dia tidak bersedia menemuiku padahal dia yang memintaku datang untuk menemuinya, semua berjalan dalam waktu dan panah ketidakmengertianku. Seandainya kepulihanku sempurna, mungkin aku mampu berprestasi lebih baik lagi dari saat ini. Saat diri yang menantikan rahmat Allah untuk mendapat kekuatan baru. ‘Lupakan saja. Lupakan semua. Kita bisa berteman lagi, berteman baik saja’; katanya tulus. Aku yakin. Namun kekacauan dan ketidakstabilan mendera rongga-rongga batinku, mendera sepanjang tahun kehidupanku, membuat aku tidak mampu dan berani bertatap rindu dengannya. Aditya, aku ingin mendapat kekuatan baru, seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya. Aku ingin berjalan dan berlari serta tidak menjadi letih, lelah dan lesu. Sesuatu hal yang tidak kuketahui telah menyentuh batinku, seperti kuaduk semua kenang dan keseharian dalam puisi, segetir rindu, seperih luka yang kugali sendiri. Maka kulumat semua amarah, gembira, keringat dan air mataku! Aku berjalan di lembah kekelaman meski terkadang kumerasa teduh di dalamnya. Aku akan selalu berdoa untuk kesehatan dan kesuksesannya, mengenangnya sebagai sesuatu yang terindah tentunya. Aku pintar, suci dan cantik, memiliki wawasan dan nurani baik, suka belajar apa saja, kapan dan dimana saja. Sebuah modal bahwa aku adalah calon pemimpin masa depan bangsa ini seperti kata guru-guru dan pelatihku (Wow apakah aku ge er, Dit??..) Adit, aku akan selalu sehat dan langsing. Terus belajar dan meneruskan cita-citaku. Kulakoni dengan berkidung lembut merdu demi mendapat kegembiraan hati; membagi kasih dan mendapatkan kebahagiaan batin. Bagai bintang pagi, aku pernah menyiratkan puisi penuh makna  ‘sungguh indah, bukan?’. Peluk aku dalam maaf dan cinta, sebab tiada laut yang terlalu dalam, gunung yang terlalu tinggi aku arungi sendiri. Saat kau datang, menggandeng tanganku, hatiku dalam indah senyum aksara embun pagi, doa manismu untuk lewati laut dan gunung kehidupan. Bagai bintang pagi; kunyatakan; sungguh lekat di hati dalam segala hal. Kau termanis, kuyakin;, murni kasihmu; tiada kemarahan yang membuncah pecah untukku. Teduhku selalu dalam doamu, seperti ungkap katamu. Selalu... [caption id="attachment_91462" align="alignnone" width="300" caption="Testimoni: Rindu dalam sunyi..."][/caption] Inilah sajak terindahku untuknya, Aditya...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun